Hiroo Onoda, Memilih Terus Bertempur Saat Jepang Menyerah

Suwarjono Suara.Com
Senin, 12 November 2018 | 21:07 WIB
Hiroo Onoda, Memilih Terus Bertempur Saat Jepang Menyerah
Hiroo Onoda (wikipedia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hiroo Onoda adalah sepenggal kisah tentara Jepang yang memilih terus melawan, meski Jepang sudah menyerah kepada Sekutu pada Perang Dunia II.

Mendengar nama Perang Dunia II saja, kamu akan otomatis merasa kejinya perang besar yang memakan banyak korban. Namun, ternyata ada kisah lain di balik perang ini. Salah satunya mengenai kisah seorang prajurit yang bertempur sendiri selama Perang Dunia II berlangsung.

Perang Dunia II merupakan perang global yang berlangsung dari tahun 1939 hingga 1945. Tidak hanya satu, perang ini melibatkan banyak negara di dunia.

Ganasnya perang ini akhirnya membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan yaitu Sekutu dan Poros.

Setidaknya, perang besar ini melibatkan lebih dari 100 juta orang dalam berbagai pasukan militer. Perang ini juga menewaskan lebih kurang 50 juta jiwa.

Berbagai negara besar berusaha keras untuk mempertahankan posisinya maupun memperluas negara jajahan. Perang Dunia II ini berlangsung di tiga benua yaitu Eropa, Afrika, hingga Asia termasuk Indonesia.

Setelah sukses menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour pada tahun 1941, Jepang lalu berusaha menduduki negara Asia yang dikuasai bangsa Barat. Dalam waktu singkat, Jepang berhasil menduduki Filipina, Malaysia, Birma, Singapura, Kepulauan Solomon, hingga Indonesia.

Tepat pada tahun 1942, pasukan Jepang datang dan merebut kekuasaan Belanda di Indonesia. Belanda lalu menyerah tanpa syarat di Kalijati pada 8 Maret 1942 yang langsung membuat Jepang berkuasa atas Indonesia.

Jepang lalu menyerah dari Indonesia setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Tepat 14 Agustus 1945, Jepang menyerah dan kembali ke negaranya.

Saat yang sama, Perang Dunia II berakhir. Setidaknya untuk beberapa negara yang dijajah. Namun, tidak untuk Hiroo Onoda.

Ketika ditugaskan di Pulau Lubang, Filipina, Hiroo Onoda masih berusia 22 tahun dan mendapat jabatan sebagai perwira intelijen. Tugas utamanya adalah untuk terus mengganggu dan menyabotasi upaya musuh, serta tidak pernah menyerah pada musuh.

Setelah diserang habis-habisan oleh Sekutu pada Februari 1945, Hiroo Onoda dan beberapa prajurit berhasil meloloskan diri dan menolak untuk menyerah dan mati.

Walaupun Jepang sudah menyerah dan balik ke negaranya, Hiroo Onoda dan beberapa pasukannya tetap memilih untuk melakukan gerilya dan siap mati demi negara.

Sempat beberapa kali berjuang melawan, pasukan Hiroo Onoda lalu berkurang hingga akhirnya hanya ada dirinya di Pulau Lubang tersebut.

Bertahun-tahun dianggap sebagai legenda tanpa ada yang tahu nasibnya, akhirnya pada 1974, seorang petualang bernama Norio Suzuki mencoba mencari Hiroo Onoda di Pulau Lubang.

Perang dunia kedua (wikipedia)
Perang dunia kedua (wikipedia)

Keduanya lalu bertemu. Namun, saat diajak untuk kembali ke Jepang, Hiroo Onoda menolak tawaran tersebut. Ia mengaku tidak akan menyerah kecuali mendapat perintah dari atasannya.

Sangat berharap agar Hiroo Onoda akan kembali ke Jepang, Norio Suzuki lalu mencoba menemukan atasan Onoda yang bernama Mayor Yoshimi Taniguchi yang sudah tua dan memilih pensiun.

Mendapatkan surat perintah dari atasan Hiroo Onoda, Norio Suzuki kembali ke Pulau Lubang untuk membawa Onoda pulang.

Tiga hari setelah kedatangan Norio Suzuki, Hiroo Onoda lalu menyerahkan pedangnya pada Presiden Filipina, Ferdinand Marcos sebagai tanda menyerah dan meminta pengampunan dari negara tersebut.

Kembali ke Jepang, Hiroo Onoda disambut bak pahlawan. Pria dengan loyalitas tinggi ini membuktikan diri sebagai prajurit yang setia dengan atasan selama bertempur di Perang Dunia II.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI