Apa pemicunya?
Meningkatnya aktivitas gempa di wilayah Mamasa diduga disebabkan oleh dua faktor. Pertama, struktur Sesar Saddang memang dikenal sebagai sesar aktif, tetapi sudah lama tidak memicu aktivitas gempa yang signifikan.
Sehingga wajar jika saat ini Sesar Sadang dalam fase akumulasi stress maksimum dan saatnya melepaskan energinya yang dimanifestasikan sebagai aktivitas gempa yang beruntun kejadiannya.
Kedua, ada dugaan bahwa meningkatnya aktivitas kegempaan di Mamasa ini terpicu oleh aktivitas gempa kuat di Palu - Donggala, Sulawesi Tengah.
"Sangat mungkin transfer stress statis yang positif dan besar mereaktivasi struktur Sesar Sadang yang letaknya di selatan Sesar Palu Koro. Hasil analisis Static Coulomb Stress Changes gempa Palu-Donggala dapat menjelaskan fenomena kemungkinan terjadinya picuan ini," terang BMKG.
Wilayah Mamasa sendiri selama ini memang termasuk kawasan dengan aktivitas kegempaan rendah (low seismicity) dan catatan gempa merusak di daerah ini sangat jarang. Karenanya wajar jika banyak warga yang mengungsi akibat diguncang ratusan gempa selama sepekan terakhir.
Untuk menciptakan ketenangan masyarakat, BMKG Pusat Jakarta sudah menugaskan dan memberangkatkan tim survei dari Balai Besar BMKG Wilayah IV Makassar untuk memberikan penjelasan dan sosialisasi mitigasi gempa bumi di daerah itu.
BMKG juga memonitor aktivitas gempa susulan di Mamasa dengan memasang portable digital seismograf.
"Untuk itu, kepada masyarakat Mamasa dan sekitarnya dihimbau agar tetap tenang dan waspada, tidak mudah terpengaruh oleh isu dan berita bohong (hoax) yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," tutup BMKG.