Presiden Samsung Buka Suara Terkait Etika AI

Rabu, 07 November 2018 | 13:32 WIB
Presiden Samsung Buka Suara Terkait Etika AI
Samsung Electronics President and Chief strategy officer, Young Sohn. [AFP/Patricia De Melo Moreira]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Young Sohn selaku Presiden Samsung Electronics mengungkapkan kekhawatiranya terhadap etika teknologi kecerdasan buatan (AI).

"Saya pikir kita harus benar-benar khawatir tentang etika. Apa yang benar? Apa yang salah? Kita harus didorong oleh prinsip. Tapi penelitian dilakukan untuk sebuah tujuan, bukan untuk menggunakan data tersebut untuk mengambil keuntungan dari semua manusia," ucapnya, seperti yang dikutip dari Business Insider.

Saat mengatakan hal tersebut, Sohn membayangkan dunia di mana sejumlah besar data kesehatan pribadi dan DNA disimpan secara online untuk digunakan oleh perangkat lunak yang digerakkan AI.

Shon juga membuat sketsa masa depan yang hampir distopia (suatu tempat atau keadaan yang dibayangkan di mana segala sesuatu tidak menyenangkan atau buruk, biasanya yang totaliter atau terdegradasi lingkungan). Setiap detail kehidupan manusia dilacak oleh “bio data banks” yang dapat menyimpan genom, membantu mendiagnosis penyakit, hingga pencegahan penyakit.

Baca Juga: Bocor! Ponsel Lipat Samsung Berwarna Silver dan Penyimpanan 512GB

Untuk memberi gambaran tentang seberapa jauh umat manusia berada di masa depan ini, Sohn mengatakan dalam konferensi Web Summit di Lisbon bahwa sudah ada 340 triliun-triliun-triliun alamat IP di seluruh dunia. Sebagian besar di dalam perangkat yang terhubung sudah memiliki kemampuan untuk berbicara satu sama lain.

Shon menggambarkan ledakan yang datang dalam sebuah data besar yang didorong AI sebagai "peluang". Dan "peluang" tersebut bukan hanya untuk Cina atau Amerika, tetapi sebagai "peluang" global.

Seperti halnya pemerintah Cina yang memberlakukan skor atau nilai bagi warga negaranya, di mana yang memiliki skor rendah akan memiliki akses terbatas sebagai warga negara Cina.

"Saya tidak setuju dengan aturan Cina untuk nilai sosial tersebut. Saya pikir itu masalah. Dan saya pikir kami juga harus sangat berhati-hati tentang bagaimana sebuah data dibagikan. Bahkan, oleh tautan Google, semua perusahaan platform besar, kami harus memperhatikan hal itu karena kekuasaan di tangan yang salah dapat menimbulkan penyalahgunaan. Saya bukan politisi, tetapi sebagai ahli teknologi saya pikir kita harus lebih sadar akan apa yang sedang kita lakukan." tambah Shon dalam pernyataannya.

Shon pun menambahkan bahwa untuk data Samsung sendiri akan tetap berada di ponsel Samsung yang dimiliki pengguna, Samsung tidak memiliki akses ke perangkat tersebut.

Baca Juga: Samsung Siap Beri Kompensasi Karyawan Meninggal Rp 2 Miliar

Di sisi lain, Shon mengatakan bahwa ia sangat berharap AI dan data besar dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang baik, seperti meningkatkan kesehatan semua orang. Dengan data DNA yang tersedia secara luas untuk penelitian dan AI, peneliti akan dapat membuat korelasi dengan berbagai penyakit, diagnosis, prognosis, dan pencegahan dari waktu ke waktu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI