5 Faktor yang Paling Sering Picu Kecelakaan Pesawat

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 31 Oktober 2018 | 17:07 WIB
5 Faktor yang Paling Sering Picu Kecelakaan Pesawat
Petugas Basarnas mengumpulkan barang-barang temuan milik penumpang pesawat Lion Air JT 610 di Posko Penyelamatan Lion Air, Dermaga JICT 2, Jakarta, Selasa (30/10). (Suara.com/Fakhri Hermansyah)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Meskipun kualitas desain dan manufaktur terus mengalami peningkatan, kegagalan peralatan masih menyumbang 20% dari kecelakaan pesawat terbang. Walaupun mesin-mesin pesawat dewasa ini jauh lebih bisa diandalkan dibandingkan dengan setengah abad yang lalu, terkadang mereka masih mengalami kerusakan yang mencengangkan.

Pada 1989, satu bilah kipas yang hancur menyebabkan mesin nomor satu (bagian kiri) pesawat Boeing 737-400 British Midland menuju Belfast kehilangan daya.

Instrumen yang sulit dibaca membuat pilot salah mengidentifikasi mesin mana yang kehilangan daya. Para pilot yang kebingungan justru mematikan mesin nomor 2 (bagian kanan).

Tanpa satu pun mesin yang menyala, pesawat tersebut terhempas tidak jauh dari landasan 27 Bandara East Midlands, menewaskan 47 penumpang dan melukai banyak yang lain, termasuk kapten dan kopilot.

Kasus yang lebih terkini adalah kegagalan mesin Qantas A380 yang membawa 459 penumpang dan awak di atas Pulau Batam, Indonesia. Berkat kemampuan para pilot, pesawat terbang tersebut berhasil mendarat dengan aman.

Terkadang, teknologi baru justru membawa kegagalan baru. Contohnya pada tahun 1950, kehadiran pesawat jet bertekanan yang mampu terbang tinggi juga membawa potensi bahaya baru yaitu pelemahan besi yang timbul dari siklus tekanan yang terjadi pada lambung pesawat.

Beberapa kasus kecelakaan terkenal yang disebabkan oleh masalah tersebut telah menyebabkan penarikan model pesawat de Havilland Comet, sembari menunggu perubahan desain.

3. Cuaca

Cuaca yang buruk menyebabkan sekitar 10% kecelakaan pesawat terbang. Meskipun pesawat sudah dilengkapi dengan berbagai alat bantu elektronik seperti kompas bergiroskop, navigasi satelit dan data cuaca, pesawat terbang masih dapat jatuh dihantam badai, salju dan kabut.

Pada Desember 2005, penerbangan 1248 maskapai Southwest Airlines yang terbang dari Bandar Udara Internasional Baltimore-Washington menuju Bandar Udara Internasional Chicago Midway, mencoba mendarat di tengah badai salju. Pesawat tersebut tergelincir menuju sebaris mobil dan menewaskan seorang balita.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI