Suara.com - Banyak bintang terang yang dapat dilihat dari Bumi memiliki nama-namanya tersendiri, mulai dari Sirius, Vega, Altair, hingga Polaris. Sebagian besar bintang terang di langit malam diberi nama dari nama karakter dalam mitologi berbagai budaya di dunia.
Namun, bagaimana cara mereka menamai bintang-bintang tersebut hingga memiliki nama tetap seperti saat ini? Berikut ini tiga cara yang para astronom zaman dulu hingga sekarang gunakan untuk menamai sebuah bintang yang berhasil dihimpun Suara.com:
1. Penamaan dari budaya Arab
Bangsa Arab memang terkenal maju dalam bidang astronomi, mulai dari pembuktian bahwa Bumi bulat hingga penamaan bintang-bintang di langit malam. Nama-nama bintang terkenal seperti Betelgeuse, Sirius, Deneb, dan Algol adalah beberapa contoh nama bintang yang diambil dari kebudayaan Arab.
Baca Juga: Gunakan Sinar Gamma, NASA Rilis Peta 21 Rasi Bintang Baru
Bintang-bintang itu dinamai sejak sekitar abad kedelapan ketika astronomi Arab berkembang pesat. Seorang astronom Yunani, Ptolemy, yang hidup sekitar 100-178 M di Alexandria, Mesir, menyenaraikan 1.025 bintang lengkap dengan namanya dalam bukunya yang terkenal, The Great System of Astronomy, yang dipopulerkan dalam judul singkat berbahasa Arab, Almagest.
Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada abad ke-9 dan menjadi terkenal. Banyak deskripsi bintang berbahasa Arab di Almegest yang digunakan secara luas sebagai nama untuk bintang. Kemudian mulai masuk ke Eropa pada abad ke-12 setelah Almagest diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
Dari 210 bintang di langit yang telah memiliki nama di era modern ini, 52 persen di antaranya masih menggunakan nama asli dari budaya Arab, 39 persen lainnya adalah hasil terjemahan Ptolemy, dan 9 persen sisanya tidak ketahui asal-usulnya kemungkinan karena adanya kesalahan penerjemahan nama.