Suara.com - Peneliti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dr Muzli mengusulkan agar ibu kota Sulawesi Tengah dipindah dari Palu mengingat daerah tersebut rawan gempa.
"Kalau melihat Palu, wilayahnya sangat riskan. Kalau bisa dipindah, karena di samping garis patahan, juga endapan sedimen atau batuan lunak yang tebal," ujar Muzli yang saat ini menjadi peneliti tamu di Earth Observatory of Singapore kepada Antara di Jakarta, Selasa (9/10/2018).
Muzli menjelaskan Palu berada di garis sesar Palu Koro, yang merupakan patahan aktif yang memanjang sekitar 500 kilometer mulai dari Selat Makassar sampai Pantai Utara Teluk Bone.
Selain itu, wilayah Palu yang merupakan area batuan lunak juga bisa dilihat secara kasat mata melalui Google Map, bisa diketahui tebalnya endapan sedimen.
"Warnanya putih kalau dilihat dari Google Map, itu juga menunjukkan topografinya rendah," kata dia.
Bahayanya, jika endapan sedimen tebal maka akan mengakibatkan terjadinya likuifaksi atau pencairan tanah.
"Likuifaksi terjadi karena Palu merupakan daerah batuan lunak atau sedimen. Jadi ketika gempa terjadi, menyebabkan permukaan tanah retak dan menyebabkan air permukaan bercampur dengan endapan sedimen, yang kemudian menjadi lumpur," jelas dia lebih lanjut.
Seperti yang diwartakan sebelumnya, gempa berkekuatan 7,4 skala Richter menyebabkan kerusakan parah dan jatuhnya sekitar 2000 korban jiwa di Palu serta sekitarnya.