Penelitian yang diabaikan
Para ahli melaporkan bahwa potensi likuifaksi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
- Di bawah permukaan tanah terdapat lapisan berpasir kurang dari 12 meter.
- Kedalaman muka air tanah < 10 m.
- Kekuatan gempa.
Laporan hasil penelitian Risna Widyaningrum, memaparkan geologi, dan kegempaan yang sering berulang di kawasan sesar Palu Koro ini. Sesar Palu Koro memanjang sampai 60 kilometer dari utara ke selatan melintasi Kota Palu dan masuk ke teluk Palu bersisian dengan Kota Donggala. Sesar Palu Koro ini dilaporkan para ahli geologi bergerak 40 milimeter per tahun ke arah utara dan termasuk yang tercepat bila dibandingkan sesar Semangko Sumatra yang bergerak 15 milimeter ke Tenggara.
Tanah yang terdapat di daerah Palu berasal dari batuan Kuarter aluvium yang masih tergolong muda, yang disebut tanah aluvial. Tanah lapisan atas (1-7 m) terutama bertekstur pasir, lempung di lapisan tengah, dan liat di lapisan bawah. Peta muka air tanah menunjukkan air tanah yang dangkal (< 12 m) di daerah tersebut. Dari kesaksian masyarakat, Perumahan Bolaroa sebelumnya adalah daerah rawa, kemudian diurug dan ditimbun untuk dijadikan perkampungan baru. Semua hasil kajian tahun 2012 tersebut menunjukkan daerah Palu rentan likuifikasi.
Pada bagian akhir laporan tersebut, ada peta zonasi bahaya likuifaksi dengan zonasi bahaya mulai dari potensi sangat rendah dan rendah, potensi tinggi dan sangat tinggi. Desa Petobo dan perumahan Balaroa ternyata berada di perbatasan zona sangat tinggi.
Risna menyarankan fondasi bangunan sebaiknya tidak diletakkan pada lapisan pasir, sehingga lebih aman terhadap liquifaksi. Dan penataan ruang terhadap kawasan pemukiman, industri dan bangunan vital lainnya sebaiknya ditempatkan pada area yang memiliki indeks potensi likuifaksi (LPI) < 5.
Seperti umumnya terjadi di Indonesia, dan banyak negara lain, temuan para ahli banyak yang tidak ditindaklanjuti oleh yang berkepentingan. Pengalaman bencana Palu harus menjadi pembelajaran agar hasil penelitian tidak hanya disimpan rapi di rak buku perpustakaan setelah penelitian selesai. Diseminasi hasil penelitian yang penting seperti potensi likuifaksi suatu daerah harus sampai kepada pembuat kebijakan.
Musibah ini bisa dihindari jika kita waspada dan mempertimbangkan keadaan, kondisi dan perilaku alami dari lapisan litosfir dari bumi ini ketika membangun infrastruktur diatasnya. Dalam pembangunan pemukiman baru pascabencana, para pembuat kebijakan dan perencana kota perlu memperhatikan peta zonasi bahaya likuifaksi agar bencana ini tidak terulang lagi.
Artikel ini sudah ditayangkan oleh The Conversation.