Suara.com - Sebuah studi baru menemukan, serangan bom Perang Dunia Kedua begitu intens sehingga mengubah tepi atmosfer Bumi. Pengeboman ini memiliki dampak besar dan dramatis di bawah pesawat. Tapi mereka juga naik hingga 1.000 km ke langit, mengubah batas atmosfer kita.
Penelitian baru dari Geosciences Union Eropa, mengungkap gelombang yang dihasilkan oleh bom besar melemahkan atmosfer atas yang dialiri listrik, yang dikenal sebagai ionosfer.
Penemuan ini dapat membantu menjelaskan cara-cara misterius bahwa peristiwa alam seperti kilat, letusan gunung berapi dan gempa bumi mengubah bagian atmosfer yang sama. Ionosfer penting untuk teknologi modern seperti komunikasi radio, sistem GPS, teleskop radio, dan beberapa radar peringatan dini - tetapi cara yang tepat untuk mengubahnya dari waktu ke waktu tidak diketahui.
“Citra lingkungan di seluruh Eropa dirusak menjadi puing-puing akibat serangan udara di masa perang adalah pengingat abadi dari kerusakan yang dapat disebabkan oleh ledakan buatan manusia. Tapi dampak dari bom-bom ini naik di atmosfer Bumi belum pernah disadari sampai sekarang, ” kata Chris Scott, profesor ruang angkasa dan fisika atmosfer.
Baca Juga: Uniknya Santa Maria de Fatima, Gereja dengan Atmosfer Oriental
“Mengherankan melihat bagaimana riak yang disebabkan oleh ledakan buatan manusia dapat mempengaruhi tepi angkasa. Setiap serangan melepaskan energi setidaknya 300 sambaran petir. Kekuatan semata yang terlibat telah memungkinkan kami untuk mengukur bagaimana peristiwa di permukaan Bumi juga dapat mempengaruhi ionosfer,” jelasnya lagi.
Untuk melakukan pekerjaan, peneliti melihat catatan kontemporer yang diambil di Pusat Penelitian Radio di Slough. Mereka mengirim pulsa radio ke langit yang memungkinkan mereka mengukur tinggi dan konsentrasi ionisasi di atmosfer atas.
Mereka menemukan bahwa konsentrasi elektron menurun sekitar waktu serangan bom besar sekutu. Gelombang kejut dari bom-bom itu diduga memanaskan ionosfer atas dan menyebabkan hilangnya ionisasi.
Menurut para ahli, laporan dengan laporan dari efek aneh dan dramatis bahwa serangan pemboman bisa terjadi pada orang-orang di sekitar mereka.
"Aircrew yang terlibat dalam penggerebekan itu melaporkan pesawat mereka rusak akibat ledakan bom, meski berada di atas ketinggian yang direkomendasikan," kata profesor Patrick Major, sejarawan Universitas Reading dan rekan penulis studi tersebut.
Baca Juga: NASA Punya Ide Bangun Atmosfer di Mars
“Penduduk di bawah bom akan secara rutin mengingat dilemparkan melalui udara oleh gelombang tekanan dari ledakan udara yang meledak, dan jendelanya dan pintu-pintu jendela akan terlepas dari engselnya. Bahkan, ada desas-desus yang membungkus handuk basah di sekitar wajah bisa menyelamatkan mereka yang berada di tempat penampungan karena paru-parunya hancur oleh gelombang ledakan, yang akan meninggalkan korban jika tidak tersentuh secara eksternal,” bebernya.