Yang paling mencolok tentu saja fitur reaction yang berupa emoji. Fitur ini sudah dikenalkan Path sejak 2012 dan dicontek Facebook pada 2015.
Selain itu, Path juga disebut kurang memiliki developer aplikasi. Perbandingan desainer dan developer di Path hanya 1 berbanding 2, sementara idealnya sebuah perusahaan media online memiliki 20 developer untuk setiap satu desainer.
Di Indonesia sendiri, ketika Path mulai populer, Facebook belum begitu tajam menancapkan kukunya. Ketika Path muncul di 2010, jumlah pengguna Facebook di Nusantara hanya sekitar 19 juta. Dengan kata lain, masih ada ruang bagi Path. Tetapi seiring berjalannya waktu, Facebook rupanya lebih menarik ketimbang Path yang terkesan eklusif.
Path mencoba bangkit dengan meluncurkan fitur aplikasi Path Talk pada 2014, tetapi strategi itu juga tak bertuah. Hingga pada 2015, Path dibeli oleh Kakao Daum, perusahaan asal Korea Selatan.
Kakao, yang terkenal dengan Kakao Talk, membeli Path karena tergiur dengan jumlah penggunanya yang besar di Indonesia. Kakao Talk sendiri ketika itu mulai populer di Tanah Air.
Setelah membeli Path, Kakao memang berencana fokus di Asia, khususnya di Indonesia yang memiliki 250 juta penduduk. Kakao bahkan mengganti semua pekerja Path dengan staf yang tinggal di Asia dan mengumumkan tak lagi mengincar pasar di Barat.
Tetapi rencana dan ambisi Kakao itu tampaknya tak membuahkan hasil. Setelah hilang dari peredaran beberapa tahun terakhir, Path akhirya mengucapkan selamat tinggal pada hari ini. (Mashable/Yahoo Finance/Techcruch/The Next Web]