Suara.com - Tahun 2017 kemarin rupanya menjadi tahun paling menyedihkan bagi manusia dalam lebih dari satu dekade terakhir, demikian hasil survei tahunan bertajuk Gallup Global Emotions Report.
Meski masih banyak pengalaman positif yang dialami manusia, tetapi tahun 2017 dinilai penuh dengan rasa cemas, sedih, stres, khawatir, dan penderitaan.
"Untuk pertama kalinya kami melihat peningkatan signifikan emosi negatif," kata Julie Ray, pemimpin studi tersebut kepada New York Times.
Studi Gallup soal emosi ini sudah digelar sejak 2005 lalu dan memang pada 2017 kemarin, jelas Ray, emosi negatif meningkat drastis lebih dari pada tahun-tahun sebelumnya.
Dunia di 2017 disebut semakin tidak stabli dan lebih berbahaya akibat wabah terorisme dan perang, krisis pengungsi global, hingga ke pemanasan global.
Bahkan dalam negara yang terlihat stabil dan damai, di dalamnya ternyata ada perpecahan dan perkubuan akibat pertarungan politik yang dibumbui oleh penyebaran ketakutan.
Survei Gallup itu melibatkan 154.000 orang di seluruh dunia. Dalam survei itu ditemukan bahwa hampir 4 dari 10 orang di dunia merasa khawatir atau strees sehari sebelum mereka diwawancarai.
Jumlah itu naik dua persen dari 2016 lalu. Meski kelihatannya tidak besar, tetapi dengan jumlah sampel sebesar itu, kenaikan persentase itu sebenarnya cukup besar.
Stres dan kecemasan adalah jenis emosi negatif yang paling banyak dikeluhkan. Diikuti oleh kesedihan dan penderitaan fisik, yang naik sebesar satu persen.
Sekitar 3 dari 10 orang mengaku mereka mengalami kesakitan fisik sehari sebelum disurvei dan 1 dari lima orang mengaku mereka sehari sebelumnya merasa sedih. Marah adalah emosi negatif yang masih stabil dibandingkan pada 2016 lalu, berada di angka 20 persen.