Suara.com - Vivo, merek smartphone asal Cina, mengaku semakin terpacu bersaing di pasar smartphone Indonesia setelah disalip oleh rekan senegara, Xiaomi pada triwulan kedua 2018.
International Data Corporation (IDC), dalam laporan terbarunya, menunjukkan Xiaomi menguasai 25 persen pasar smartphone Indonesia di kuartal kedua 2018. Padahal pada akhir 2017 lalu, terakhir kali IDC merilis laporannya, nama Xiaomi sama sekali tak masuk dalam daftar merek terlaris di Tanah Air.
Vivo sendiri tertahan di urutan empat, tetapi pangsa pasarnya naik dari hanya 6 persen di triwulan akhir 2017 menjadi 9 persen pada triwulan kedua 2018.
General Manager for Brand and Activation PT Vivo Mobile Indonesia, Edy Kusuma, mengaku prestasi Xiaomi di Tanah Air menjadi motivasi bagi pihakya untuk lebih berkembang di Indonesia.
"Melihat yang lain memacu semangat kita. Bagi kita, kompetitor adalah penyemangat," kata Edy ketika dimintai komentar terkait prestasi Xiaomi.
"Paling penting adalah kompetisi yang sehat. Tapi marilah kita lihat tahun depan," lanjut Edy yang ditemui di sela-sela peluncuran Vivo V11 Pro di Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Vivo sendiri, jelas Edy, cukup puas berhasil memperbesar pangsa pasarnya di Indonesia pada kuartal kedua kemarin.
"Ini menunjukkan produk kita diterima dengan baik. Pencapain harus lebih lagi. Kita tidak boleh puas, kita ingin lebih baik lagi," kata dia.
Edy melanjutkan, Vivo berambisi untuk masuk ke tiga besar merek smartphone di Indonesia pada tahun depan. Demi mewujudkan hal tersebut, Edy mengatakan Vivo akan mengutamakan ponsel dengan inovasi.
"Bukti inovasi yang kita lakukan adalah menyematkan sensor sidik jari di bawah layar lewat Vivo V11 Pro. Bakal ada lebih banyak inovasi lainnya dari Vivo," tutup Edy.