Wafat : Erik Hauri, Penemu Air di Bulan

Senin, 10 September 2018 | 17:00 WIB
Wafat : Erik Hauri, Penemu Air di Bulan
Erik Harold Hauri (kiri), pakar air di Bulan, diabadikan bersama rekan kerjanya Alberto Saal (kanan), di depan DTM NanoSIMS 50L. Instrumen yang digunakan untuk penelitian massa air di Bulan [Sumber Steve Jacobsen, Northwestern University].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Erik Harold Hauri, seorang geokimiawan dikabarkan meninggal dunia karena kanker, pekan lalu (05/09/2018). Berusia 52 tahun, ia telah menyumbangkan salah satu ilmu yang bermanfaat bagi para astronom dengan menunjukkan bahwa di Bulan terdapat air, permukaan Bulan kemungkinan lebih banyak mengandung air dibandingkan yang dimengerti selama ini.

Erik Hauri membantu pemahaman umat manusia tentang Bulan, obyek astronomi yang sekarang diketahui memiliki es di kutubnya. Ia bergabung dengan Carnegie Institution for Science yang berlokasi di Washington D.C, Amerika Serikat dan menghabiskan hampir 25 tahun menyelidiki geokimia Bumi, Bulan, dan benda langit lainnya.

Erik Hauri yang memiliki minat khusus pada air itu memimpin tim yang menemukan air di bagian dalam Bulan pada 2011.

Temuan-temuannya menyanggah asumsi selama 40 tahun bahwa Bulan tidak mengandung air, di mana penelitian ini menghabiskan lebih dari tiga tahun karena mereka membutuhkan sampel dari NASA.

Baca Juga: Siswa SD Diadukan Wali Murid Suka Pegang Area Sensitif Siswi

Awalnya temuan itu menimbulkan pertanyaan baru tentang asal dan evolusi Bulan. Para ilmuwan telah lama mempercayai Bulan terbentuk melalui tabrakan besar sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, ketika sebuah benda seukuran Mars menghantam Bumi dan menjatuhkan sepotong material yang bersatu untuk membentuk Bulan. Namun, bersama teori Erik Hauri, tabrakan itu diasumsikan telah menguapkan seluruh air.

Dilansir dari The Washington Post, Erik Hauri dan timya melanjutkan pekerjaan meneliti Bulan dalam beberapa tahun terakhir dan menemukan bahwa air di Bulan dan Bumi tampaknya berasal dari sumber yang sama, yaitu kelas meteorit yang dikenal sebagai Kondrit Karbon.

Pada 2017, sepasang peneliti di Brown, Amerika Serikat, menerbitkan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa air menyebar melintasi mantel Bulan, bukan diisolasi di daerah-daerah tertentu yang kaya air. Lalu pada Agustus 2018, sebuah studi baru menemukan bukti langsung dengan adanya es di permukaan kutub Bulan.

Mungkin suatu saat, para ilmuwan bisa menggunakan es ini sebagai sumber daya bagi astronot yang pergi ke Bulan atau bahkan stasiun luar angkasa.

Baca Juga: Ditanya Untung Rugi Pelemahan Rupiah, Jawaban Menkeu Bungkam DPR

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI