Suara.com - Setiap tahunnya, setidaknya bisa terjadi minimal empat kali gerhana dan maksimal tujuh kali gerhana. Setelah Gerhana Bulan Total pada 28 Juli lalu yang 'berkunjung' ke Indonesia, pada tahun 2019 mendatang dari lima gerhana yang akan terjadi, dua gerhana bisa diamati di Indonesia.
Pertama, Gerhana Bulan Parsial pada 17 Juli 2019. Berbeda dengan Gerhana Bulan Total 28 Juli lalu, Gerhana Bulan Parsial adalah peristiwa ketika hanya sebagian wajah Bulan yang masuk atau terhalang bayangan umbra Bumi.
Saat puncak gerhana terjadi, pengamat tidak akan melihat Bulan yang berubah warna menjadi merah, tetapi hanya Bulan yang tampak seperti Bulan sabit atau 'tergigit'.
Dilansir dari Eclipse Wise, Gerhana Bulan Parsial 17 Juli 2019 ini bisa diamati di Amerika Selatan, Afrika, Eropa, dan Australia. Hal itu berarti Indonesia termasuk dalam area yang bisa mengamati gerhana ini.
Baca Juga: Gerhana Bulan, BMKG Pastikan Info Soal Radiasi Cosmic Cuma Hoax
Pada puncak Gerhana Parsial, sekitar 65 persen permukaan Bulan akan masuk bayangan umbra. Total durasi gerhana ini dikabarkan akan mencapai 5 jam 34 menit, sementara durasi Gerhana Parsialnya adalah 2 jam 58 menit.
Gerhana Bulan Parsial 17 Juli 2019 ini bisa mulai diamati pada pukul 01.43 WIB ketika Bulan masuk bayangan penumbra. Gerhana Parsialnya sendiri akan dimulai pada pukul 03.01 WIB, puncaknya pada pukul 04.30 WIB dan akan berakhir pukul 04.59 WIB.
Gerhana akan benar-benar terakhir ketika Bulan keluar dari penumbra pada pukul 07.17 WIB.
Kedua, Gerhana Matahari Cincin pada 26 Desember 2019. Berbeda dengan Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 lalu, di mana seluruh wajah Matahari tertutupi Bulan, Gerhana Matahari Cincin adalah peristiwa yang lebih unik.
Pengamat akan melihat Matahari yang tadinya bulat, berubah menjadi semacam cincin yang dijuluki sebagai Ring of Fire. Hal ini terjadi karena gerhana terjadi saat Bulan sedang berada di apogee atau jarak terjauhnya dari Bumi.
Baca Juga: Gerhana Bulan Juli 2018: Mengapa Bulan Memerah?
Itu membuat diameter sudut Bulan menjadi lebih kecil dalam pandangan dari Bumi, sekitar 1,2 menit busur lebih kecil dari diameter sudut Matahari. Sehingga saat Bulan melintas di depan Matahari, Bulan menyisakan sisi terluar Matahari yang tidak terhalangi atau tepatnya hanya 94 persen wajah Matahari yang terhalang oleh Bulan.