Salah Satu Alasan : Mengapa Gempa Bumi Sulit Diprediksi

Senin, 06 Agustus 2018 | 10:00 WIB
Salah Satu Alasan : Mengapa Gempa Bumi Sulit Diprediksi
Ilustrasi dampak gempa Bumi [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dalam buku Earth-Shattering Events, Andrew Robinson mengungkapkan bahwa, "Hampir setengah dari kota-kota besar dunia, saat ini berada di daerah berisiko gempa bumi."

Kejadian gempa di Jepang yang berlanjut dengan tsunami, dengan skala 7,3 SR (skala Richter), juga baru saja di Lombok, pada besaran 7 SR, telah memberikan kontribusi kerusakan terhadap kawasan hunian dan infrastruktur. Harap juga dicatat, serangkaian gempa dahsyat di Indonesia, seperti gempa padang dan Yogyakarta.

Menurut Robinson, seperti dilansir harian Telegraph, Inggris, meski ilmu pengetahuan terus berkembang, melakukan prediksi atas kejadian gempa tetap termasuk kategori sulit.

Tetapi satu hal sudah jelas, yaitu manusia terus membangun kota-kota di garis patahan utama. Yaitu area terjadinya tumbukan antarlempeng benua dengan benua, atau benua dengan samudera.

Baca Juga: Aksi Fahri Hamzah Galang Bantuan Korban Gempa Lombok

"Seluruh bidang prediksi gempa, terlalu luas untuk dijelajahi," lanjutnya. "Dugaan di mana dan kapan terjadinya gempa besar selanjutnya menjadi pekerjaan rumah para pakar."

Sebagai gambaran, ia mengungkapkan bahwa seekor kelinci bisa lebih piawai untuk soal ini.  Andalannya adalah naluri sebagai satwa, yang bisa menangkap sinyal-sinyal tertentu dari Bumi.  Bukan tanpa alasan, sumber pernyataan ini adalah Plutarch, seorang sejarawan Yunani yang memiliki firasat bakal terjadi gempa  di Sparta pada 464 Sebelum Masehi.

Lantas, terjadinya bangunan ambruk atau kerusakan akibat gempa bumi yang terjadi untuk kesekian kali, ditengarai bahwa telah terjadi keengganan manusia untuk belajar dari masa lalu.

"Adanya garis kesalahan, atau area patahan yang sudah diketahui secara geologi, tidak dipelajari sebelum membangun kembali sebuah kawasan dari kondisi pascagempa," tandas Robinson.

"Kecenderunganya adalah didirikan lagi, di tempat sama, tetapi tidak lebih kuat pondasinyna, sehingga saat terjadi gempa di waktu-waktu mendatang, terjadi kondisi berulang. Bahkan mungkin tidak kurang parah."

Baca Juga: Terinspirasi Mahatma Ghandi, Ini Makna Nama Anak Mytha Lestari

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI