Pengungsi Kurdi Menangkan Nobel Matematika

Liberty Jemadu Suara.Com
Sabtu, 04 Agustus 2018 | 14:41 WIB
Pengungsi Kurdi Menangkan Nobel Matematika
Caucher Birkar (tengah), pengungsi Kurdi yang kini menetap di Inggris, menjadi salah satu pemenang medali Fields, penghargaan yang sering disebut sebagai Nobel Matematika pada Rabu (1/8). [YouTube/Rio ICM2018]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Caucher Birkar, seorang pengungsi asal Kurdi yang kini mengajar di Universitas Cambridge, Inggris dinobatkan sebagai salah satu penerima medali Fields, yang juga sering disebut sebagai Nobel Matematika, pada Rabu (1/8/2018).

Para pemenang medali Fields itu diumumkan di Rio de Janeiro, Brasil - yang juga menjadi kota di Amerika Latin pertama yang menjadi tuan rumah perayaan pengumuman penghargaan tersebut.

"Saya berharap kabar ini bisa membuat 40 juta orang itu tersenyum," kata Birkar, pakar geometri aljabar yang kini berusia 40 tahun, mengacu pada rekan-rekan sebangsanya di Timur Tengah.

Birkar lahir di sebuah desa di Provinsi Marivan, kawasan etnis Kurdi yang terletak di dekat perbatasan antara Irak dan Iran.

"Kurdistan bukan tempat yang cocok bagi anak-anak untuk mengembangkan ketertarikan pada matematika," kata dia.

Ia berkuliah di Universitas Teheran, Iran. Di kampus itu, kenang Birkar, ia pernah berangan-angan menjadi pakar matematika kenamaan ketika melihat foto para pemenang medali Fields sebelumnya.

Birkar kemudian mengajukan suaka politik dan memperoleh kewarganegaaran Inggris. Di negara itu ia berkembang menjadi salah satu ahli matematika paling brilian saat ini.

Medali Fields diberikan kepada mereka dengan pencapaian tertinggi dalam dunia matematika dan khusus bagi para ilmuwan yang berusia di bawah 40 tahun. Setiap tahun minimal dua orang - atau maksimal empat orang - menerima medali Nobel Matematika ini.

Tahun ini Birkar memenangkannya bersama Alessio Figalli, matematikawan Italia berusia 34 tahun dari ETH Zurich, Swiss.

"Sampai sekolah menengah, satu-satunya minat dia (Figalli) adalah bermain sepak bola," bunyi pernyataan International Congress of Mathematicians (ICM), organisasi yang memberikan anugerah tersebut.

Tetapi minat Figalli berubah ketika ia mengikuti Olimpiade Matematika Internasional. Dari titik itu ia tergila-gila pada matematika dan menjadikannya salah satu ilmuwan ulung dalam bidang hitungan variasi dan persamaan diferensiasi parsial.

Pemenang ketiga adalah seorang ilmuwan asal Jerman, Peter Scholze. Lelaki 30 tahun yang mengajar di Universitas Bonn itu dikenal sebagai pakar geometri aritmatika aljabar.

Sementara peraih Nobel Matematika keempat tahun ini adalah Akshay Venkatesh, lelaki 36 tahun kelahiran India yang besar di Australia. Ia dikenal sebagai jenius sejak belia dan telah menamatkan kuliah di bidang matematika dan fisika pada usia 13 tahun di University of Western Australia. Ia kini bekerja di Universitas Stanford, AS. (AFP)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI