Banjir Peristiwa Gerhana pada 2018, Normalkah?

Jum'at, 20 Juli 2018 | 11:49 WIB
Banjir Peristiwa Gerhana pada 2018, Normalkah?
Ilustrasi proses terjadinya Gerhana Bulan. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada tahun 2018 ini terjadi setidaknya lima kali peristiwa Gerhana, yaitu dua Gerhana Bulan dan tiga Gerhana Matahari. Sayangnya, tidak semuanya dapat diamati di langit Indonesia.

Gerhana Matahari bisa terjadi pada fase Bulan baru, sementara Gerhana Bulan hanya terjadi saat fase Bulan Purnama. Lalu, bagaimana kalau tidak terjadi Gerhana Matahari saat fase Bulan baru dan tidak terjadi Gerhana Bulan saat fase Bulan Purnama? Hal itu dikarenakan bidang orbit Bulan yang miring sekitar lima derajat terhadap ekliptika Bumi.

Gerhana Matahari sering dianggap langka di Indonesia karena tidak sering terjadi. Meskipun faktanya sekitar setiap 18 bulan sekali Gerhana Matahari Total selalu terjadi dan bisa dilihat dari beberapa tempat di permukaan Bumi. Sayangnya, Gerhana Matahari baru akan kembali menyapa Indonesia pada 26 Desember 2019.

Pada tanggal 13 Juli lalu, Gerhana Matahari baru saja terjadi di pesisir selatan Australia, Selandia Baru, hingga Antartika. Namun, Indonesia tidak dapat melihatnya. Untuk Gerhana Bulan sendiri, menurut perhitungan Jean Meeus dan Fred Espenak, ahli matematika astronomi, dalam periode 5.000 tahun antara tahun 2000 SM hingga 3000 M akan ada setidaknya 12.064 kali Gerhana Bulan.

Baca Juga: Gerhana Bulan Total Mampir ke Indonesia, Ini 5 Keistimewaannya

Dari jumlah perhitungan ini, 3.479 di antaranya adalah Gerhana Bulan Total dan sisanya akan menjadi Gerhana Bulan Parsial. Bila dikalkulasikan pada setiap tahunnya, maka rata-rata akan terjadi dua sampai tiga kali Gerhana Bulan per tahun.

Dengan kata lain, peristiwa Gerhana Bulan akan bisa dilihat di langit Bumi sekitar setiap 17 bulan sekali. Jadi bisa disimpulkan bahwa terjadinya peristiwa gerhana, baik Gerhana Bulan dan Matahari dalam satu tahun mencapai lima kali adalah peristiwa yang wajar.

Foto Bulan pada Rabu (31/1) yang diunggah fotografer senior Arbain Rambey ke akun Twitter-nya. [Twitter/arbainrambey]
Foto Bulan pada Rabu (31/1) yang diunggah fotografer senior Arbain Rambey ke akun Twitter-nya. [Twitter/arbainrambey]

Gerhana yang bisa dilihat di langit Indonesia tercepat adalah peristiwa Gerhana Bulan Total yang akan terjadi pada 28 Juli mendatang. Gerhana Bulan Total ini dikabarkan memiliki durasi totalitas yang lebih panjang yaitu selama 1 jam 43 menit. Durasi ini akan menjadi durasi totalitas Gerhana Bulan terpanjang di abad ke-21.

Sebagai informasi peristiwa Gerhana adalah fenomena astronomi yang terjadi saat sebuah benda angkasa bergerak ke dalam bayangan sebuah benda angkasa lain. Istilah ini umumnya digunakan untuk Gerhana Matahari ketika posisi Bulan terletak di antara Bumi dan Matahari. Pun dengan Gerhana Bulan saat sebagian atau keseluruhan penampang Bulan tertutup oleh bayangan Bumi.

Gerhana sendiri adalah peristiwa langit yang tergolong biasa saja dalam astronomi. Namun, di era modern ini kebanyakan orang menganggapnya sebagai peristiwa yang tidak biasa dan kerap disangkut pautkan pada tanda-tanda lainnya. (infoastronomy.org)

Baca Juga: Gerhana Matahari 13 Juli Tidak Mampir ke Indonesia, Kok Bisa?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI