Suara.com - Industri game Indonesia dinilai kurang memiliki talenta sehingga belum banyak game-game lokal yang berjaya di dalam negeri. Padahal industri game Tanah Air menghasilkan keuntungan besar dan terus berkembang di dunia.
Menurut perusahaan analisisi industri game dan esports, Newzoo, selama 2017 industri game Indonesia menghasilkan pendapatan 880 juta dolar AS. Angka itu membuat Indonesia menduduki peringkat ke-16 secara global.
Sayangnya, pendapatan sebesar itu masih didominasi oleh game-game buatan luar negeri dan kontribusi game lokal baru sebesar 0,4 persen.
"Dari data kami, Indonesia baru memiliki sekitar 1.200 talenta di industri game. Hal itu jauh dibawah Vietnam yang sudah memliki sekitar 10.000 talenta," kata CEO Agate Studio, Arief Widhiyasa di sela-sela ajang Bekraf Game Prime di Jakarta, Jumat (13/7/2018).
Arief, yang studio game-nya merupakan salah satu yang paling sukses di Tanah Air, juga mengatakan bahwa jumlah perusahaan game di Indonesia masih kurang dari 100 dan ini sangat sedikit jika dibandingkan negara tetangga di Asia Tenggara.
"Jumlah itu kalah dari Malaysia. Apalagi Vietnam yang sudah memiiliki 25.000 perusahaan game lokal," tambahnya.
Kerisauan Arief itu diakui oleh Asosiasi Game Indonesia (AGI). Narendra Wicaksono, Ketua AGI, mengatakan bahwa industri game Indonesia butuh talenta-talenta berbakat.
"Industri ini butuh banyak talenta," tegas Narendra.
Berangkat dari situasi ini, AGI yang berdiri sejak 2013 telah mengembangkan kurikulum developing game yang dibangun dengan platform Dicoding. Kemudian, mereka telah mempersiapkan sebuah ruang co-working untuk tempat pertemuan antar pengembang game.
"Dukungan yang kami berikan juga berupa developer kit untuk memudahkan pengembang," lanjut Narendra.