Suara.com - Berhubungan seks di Mars akan menjadi masalah tersendiri ketika manusia benar-benar tinggal di Planet Merah itu dan bereproduksi di dunia baru itu bisa memicu lahirnya spesies manusia baru, demikian wanti-wanti para ilmuwan dalam studi terbaru yang diterbitkan pada jurnal Futures edisi Juni 2018.
Mendarat dan menetap di Mars kini bukan sekadar mimpi. Sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan Rusia, serta perusahaan swasta seperti SpaceX kini sedang merintis jalan menuju ke tetangga Bumi itu.
Tetapi ketika lebih banyak penelitian yang lebih fokus pada bagaimana mengeksplorasi dan membangun pemukiman manusia di Mars, sebagian ilmuwan memperingatkan bahwa setelah menetap di Mars, maka manusia bakal bereproduksi di sana.
Lalu apakah bercinta dan melahirkan keturunan di Mars akan sama saja dengan di Bumi? Para peneliti dari Amerika Serikat, Polandia, dan Brazil mendiskusikan masalah-masalah ini dalam jurnal Futures terbaru.
"Sayangnya, petualangan besar seperti itu akan menghadapi tantangan yang tak kalah besar di berbagai bidang, mulai dari teknologi pesawat antariksa, kesehatan, biologi, sosial, dan etika," tulis para peneliti dalam penelitian mereka.
"Tetapi menurut kami, reproduksi manusia di Mars juga dibutuhkan agar misi jangka panjang di luar angkasa bisa sukses," imbuh mereka.
Gravitasi dan Sukarnya Bercinta di Mars
Mereka berhipotesis bahwa jika manusia ingin hamil dan melahirkan di Mars, maka yang akan lahir bisa saja spesies baru manusia, mengingat kondisi di Mars yang jauh berbeda dari Bumi.
Salah satu kondisi unik itu adalah gravitasi. Mars memiliki gaya gravitasi yang tiga kali lebih lemah atau hanya sepertiga dari gravitasi di Bumi. Kondisi ini bisa mempersulit manusia saat ingin bercinta dan proses kehamilan di Mars.
Gravitasi rendah bisa menyebabkan turunnya tekanan darah, berkurangnya masa otot, dan bahkan melemahkan struktur tulang manusia. Ini bisa mempersulit orang ketika akan berhubungan seksual.
Gaya gravitasi rendah juga bisa mengganggu penglihatan dan menurunnya sistem kekebalan tubuh, yang juga berbahaya bagi perempuan hamil.
Tak hanya itu, dari berbagai studi diketahui bahwa kondisi di luar Bumi bisa mengubah struktur biologi manusia dan bisa mengubah bentuk otak manusia. Karena faktor inilah spesies baru manusia bisa dilahirkan di Mars.
Selain gravitasi, masalah lain adalah radiasi Matahari. Di Mars tingkat radiasi Matahari jauh lebih tinggi ketimbang di Bumi dan faktor ini bisa mengurangi jumlah sperma lelaki.
Sebaiknya Jangan Ada Cinta di Mars
Berangkat dari analisis itu, para ilmuwan kemudian menganjurkan jalan keluar yang unik. Menurut mereka, agar manusia bisa berkembang biak di Mars, maka konsep cinta ala Bumi perlu dihapus.
Maksudnya, alih-alih melakukan hubungan seks atas dasar cinta seperti di Bumi, manusia sebaiknya memilih pasangan berdasarkan faktor-faktor biologis agar bisa berkembang biak di Planet Merah itu.
Artinya orang-orang yang memiliki ciri atau karakter biologis kuat, yang bisa bertahan hidup di tengah kondisi Mars yang ekstrem, akan dijodohkan agar bisa melahirkan anak yang mampu hidup di sana.
Sebaliknya, mereka yang lemah akan dipaksa untuk tidak memiliki anak agar tidak mengancam koloni-koloni manusia secara keseluruhan.
Lebih lanjut para peneliti mengatakan bahwa dalam kondisi seperti itu, teknologi penyuntingan genetika - yang berarti mencopot gen-gen lemah pada manusia dan menggantinya dengan gen-gen kuat - diperlukan agar bisa melahirkan anak-anak yang mampu bertahan hidup di Mars.
Tetapi solusi ini bisa membawa efek samping yang berbahaya. Anak-anak yang lahir di Mars, dari hasil teknologi penyuntingan genetika, mungkin akan lahir sebagai manusia jenis baru yang kuat di Mars, tetapi di Bumi mereka tak akan bisa hidup normal. (BGR/Tech Times)