Gaya gravitasi rendah juga bisa mengganggu penglihatan dan menurunnya sistem kekebalan tubuh, yang juga berbahaya bagi perempuan hamil.
Tak hanya itu, dari berbagai studi diketahui bahwa kondisi di luar Bumi bisa mengubah struktur biologi manusia dan bisa mengubah bentuk otak manusia. Karena faktor inilah spesies baru manusia bisa dilahirkan di Mars.
Selain gravitasi, masalah lain adalah radiasi Matahari. Di Mars tingkat radiasi Matahari jauh lebih tinggi ketimbang di Bumi dan faktor ini bisa mengurangi jumlah sperma lelaki.
Sebaiknya Jangan Ada Cinta di Mars
Berangkat dari analisis itu, para ilmuwan kemudian menganjurkan jalan keluar yang unik. Menurut mereka, agar manusia bisa berkembang biak di Mars, maka konsep cinta ala Bumi perlu dihapus.
Maksudnya, alih-alih melakukan hubungan seks atas dasar cinta seperti di Bumi, manusia sebaiknya memilih pasangan berdasarkan faktor-faktor biologis agar bisa berkembang biak di Planet Merah itu.
Artinya orang-orang yang memiliki ciri atau karakter biologis kuat, yang bisa bertahan hidup di tengah kondisi Mars yang ekstrem, akan dijodohkan agar bisa melahirkan anak yang mampu hidup di sana.
Sebaliknya, mereka yang lemah akan dipaksa untuk tidak memiliki anak agar tidak mengancam koloni-koloni manusia secara keseluruhan.
Lebih lanjut para peneliti mengatakan bahwa dalam kondisi seperti itu, teknologi penyuntingan genetika - yang berarti mencopot gen-gen lemah pada manusia dan menggantinya dengan gen-gen kuat - diperlukan agar bisa melahirkan anak-anak yang mampu bertahan hidup di Mars.
Tetapi solusi ini bisa membawa efek samping yang berbahaya. Anak-anak yang lahir di Mars, dari hasil teknologi penyuntingan genetika, mungkin akan lahir sebagai manusia jenis baru yang kuat di Mars, tetapi di Bumi mereka tak akan bisa hidup normal. (BGR/Tech Times)