Suara.com - Perjalanan melintasi waktu dan mesin waktu, yang lebih banyak ditemukan dalam film-film fiksi ilmiah, rupanya bukan isapan jempol belaka dan sudah terjadi pada saat ini.
Fisikawan ulung Albert Einstein pernah menjabarkan tentang perjalanan melintasi waktu dalam teori relativitas khusus. Menurutnya waktu adalah sesuatu yang relatif, tergantung pada seberapa cepat sebuah objek bergerak.
"Semakin cepat seseorang bergerak dalam ruang, maka semakin lambat ia bergerak dalam dimensi waktu," kata Paul Sutter, pakar astrofisika pada Ohio State University di Amerika Serikat.
Salah satu contoh perjalanan waktu yang nyata adalah yang dialami para astronot di Stasiun Antariksa Internasional (ISS). Wahana itu bergerak mengitari Bumi lebih cepat dari manusia di permukaan Bumi.
Ini pernah terjadi pada kosmonot Rusia, Gennady Padalka yang kembali ke Bumi pada September 2015, setelah hidup di luar angkasa selama 879 hari.
"Ketika Padalka kembali dari luar angkasa, ia mendapati Bumi sudah 1/44 detik maju ke masa depan," demikian tulis J. Richard Gott dalam bukunya yang berjudul Time Travel in Einstein's Universe.
"Dia, secara harafiah, sudah tiba di masa depan," imbuh Gott.
Tak hanya itu. Saat ini, Bumi telah memiliki mesin waktu. Mesin itu dinamai Large Hadron Collider (LHC), sebuah perangkat penumbuk atom yang mendadak terkenal pada 2012 setelah berhasil menemukan apa yang disebut sebagai Partikel Tuhan.
LHC, mesin raksasa yang terletak dalam tanah dan membentang di perbatasan Prancis dan Swiss, bekerja dengan cara menembakan proton dalam kecepatan yang nyaris sama dengan kecepatan cahaya.
Dengan kecepatan nyaris menyamai cahaya, dalam dimensi waktu proton sebenarnya 6.900 kali lebih lamban dari para ilmuwan yang sedang mengamatinya. Dengan kata lain, proton telah dilesatkan ke masa depan oleh LHC.