Suara.com - Berdasar keterangan Science.org, pada 2017 hanya sekitar 10 persen plastik berhasil didaur ulang. Rupanya, untuk mengolah kembali dibutuhkan proses degradasi dan serangkaian reaksi kimia yang menjadikan proses kurang efisien. Inilah hambatannya.
Plastik berkemampuan bisa terurai atau biodegradable memang populer beberapa tahun terakhir. Sayangnya, proses ini hanya sukses jika ada mikroba yang tepat. Ujung-ujungnya, malah menumpuk di atas permukaan tanah atau mengambang di lautan.
Michael Shaver, pakar kimia polimer di University of Edinburgh, Skotlandia menyatakan bahwa polimer adalah rantai panjang molekul kecil, yang disebut monomer, dan terhubung satu sama lain seperti manik-manik pada tali.
Monomer yang membutuhkan suhu ekstrem atau terlalu banyak zat kimia untuk menjalin sebuah polimer bukan tergolong materi praktis. Karena polimer yang dihasilkan harus stabil hingga suhu yang cukup tinggi tidak membuatnya rusak.
Baca Juga: Polemik RUU KUHP, Fahri: Tugas KPK Bukan Menolak Undang-Undang
"Gambarannya, bila kopi panas dituangkan ke cangkir yang terbuat dari hasil daur ulang ini rantai polimernya tidak rusak dan plastik tidak meleleh," imbuhnya.
Selaras pandangan Shaver, Jianbo Zhu, pakar polimer kimia dari Colorado State University di Fort Collins, Amerika Serikat, beserta beberapa rekannya melakukan serangkaian penelitian untuk menciptakan polimer yang dapat dipecah menjadi molekul awal.
Sayangnya, plastik karya tim mereka terlalu lunak dan peka suhu sehingga kurang bisa digunakan untuk penggunaan sehari-hari.
Lalu dibuatlah pengujian berikutnya, di mana mereka memperkuat molekul agar lebih kuat. Hasilnya bisa kaku atau anti leleh dengan cara mengubah rantai polimer lebih tahan panas. Kemudian saat terkena bahan kimia ringan tertentu atau panas yang cukup tinggi, polimer terdegradasi kembali menjadi monomer.
Siklus ini berhasil dilakukan beberapa kali, dan membuktikan pernyataan bahwa polimer bisa didaur ulang tanpa batas.
Baca Juga: Jokowi Lantik Mantan Jubir Gus Dur Jadi Anggota Wantimpres
"Kuncinya adalah mencampur dua bentuk monomer yang berbeda untuk menciptakan plastik yang lebih kuat," jelas Zhu. "Karena setiap monomer yang terikat pada bentuk tertentu, tidak semuanya memiliki bentuk serupa, meskipun terbuat dari susunan kimia yang sama. Untuk itu mesti dicampur."