Suara.com - Indonesia menduduki posisi ketiga sebagai negara dengan jumlah korban mobile malware terbanyak selama 2017, demikian hasil survei perusahaan penyedia jasa keamanan siber asal Rusia, Kaspersky Lab.
"Serangan mobile malware di Indonesia selama 2017 mencakup 41,14 persen pengguna," kata Donny Koesmandarin, Business Development Manager Indonesia di Jakarta, akhir pekan lalu.
Ia menjelaskan, malware biasanya datang dari berbagai pintu. Namun dari pengamatannya, mobile malware biasanya datang dari toko aplikasi, aktivitas browsing di internet, dan email.
"Patch keamanan bulanan di toko aplikasi tidak menjamin perlindungan. Malware terus berkembang jadi lebih canggih," katanya.
Secara khusus, ia menyebutkan Andoid adalah sistem operasi yang paling rentan terserang malware. Sebab hampir sebagian besar serangan malware terjadi di Android.
"Sekitar 83 persen serangan malware terjadi di Android," lanjut Donny.
Dengan kerentanan itu, ia mengimbau kepada pengguna Indonesia untuk senantiasa memasang aplikasi antivirus sebagai tambahan perlindungan di ponsel. Kaspersky Lab sendiri memiliki sistem perlindungan bernama "Kaspersky Internet Security for Android".
Baru-baru ini, mereka menggandeng konten agregrator milik Telkomsel, Melon Indonesia. Kemitraan itu membuat pelanggan Telkomsel dapat berlangganan antivirus Kaspersky secara lebih mudah. Untuk berlangganan, pelanggan dikenakan biaya Rp 5.500 untuk mingguan dan Rp 16.500 untuk bulanan.
Walaupun Kaspersky Lab sudah memiliki aplikasi antivirus gratis, namun Donny mengatakan layanan Kaspersky Internet Security for Android memiliki lebih banyak fitur, seperti tracking, dan anti-thef.