Suara.com - Pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana para astronot menunaikan puasa di luar angkasa? Pada 2007 silam, hal tersebut pernah didiskusikan ketika Malaysia mengirimkan astronot pertamanya bernama Sheikh Muszaphar Shukor.
Ketika itu, Shukor dikirim dengan kapal ulang alik milik Rusia ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) selama 10 hari. Saat itu, pemerintah Malaysia mengatakan bahwa Shukor tidak akan menunaikan ibadah puasa Ramadan selama di luar angkasa, meski dia seorang muslim.
Baca Juga: Serem! Ini yang Bakal Terjadi Saat Badai Matahari Menyerang Bumi
"Ketika kamu dalam perjalanan, tidak ada keharusan untuk menunaikan ibadah puasa," ujar Menteri Sains Malaysia saat itu, Jamaluddin Jarjis.
Namun, Shukor mengatakan, dirinya berharap bisa berpuasa di luar angkasa, meski prioritas utamanya untuk mengadakan eksperimen ilmiah.
Baca Juga: Bosan dengan Hotel Biasa? Kamu Harus Coba Hotel Antariksa Ini
Masalahnya, ISS mengelilingi bumi 16 kali dalam sehari, artinya matahari terbit dan terbenam setiap 90 menit.
Tapi, Jamaluddin mengatakan Shukor, yang sudah berpuasa ketika pelatihan, bisa menunda puasanya hingga dirinya kembali.
Ketika itu periode puasa Ramadan di 2007, pada 13 September hingga 12 Oktober, sehingga artinya Shukor berpuasa hanya dua atau tiga hari jika dia memaksa untuk tidak makan dan minum dari imsak hingga buka puasa.
Jamaluddin juga mengatakan Shukor bisa menunaikan ibadah salat sebanyak tiga kali sehari, bukan lima waktu seperti kewajibannya. Tujuannya untuk mengurangi ketidaknyamanan ketika menunaikan ritual salat di dalam ruangan bebas gravitasi.