Suara.com - Setelah fenomena alam midnight sun atau polar day di mana Matahari senantiasa terlihat di cakrawala kurun 24 jam, ada peristiwa kebalikannya yang dikenal sebagai polar night.
Pengertiannya secara sederhana adalah kondisi di mana Matahari tidak muncul dan terjadi di kawasan lingkaran-lingkaran kutub. Baik Utara maupun Selatan.
Di Belahan Bumi Utara (BBU), polar night muncul kurun September - Maret. Yaitu saat berlangsung Fall Equinox (titik musim gugur Matahari). Saat itu Bumi mengalami rotasi dan posisi berada pada 23,4 derajat menjauhi Matahari, sehingga terjadi kondisi siang hari terasa lebih pendek dibandingkan malam hari.
Di saat yang sama, di Belahan Bumi Selatan (BBS) terjadi Vernal Equinox (titik musim semi Matahari), di mana Bumi mengalami rotasi dan membentuk sudut 23,4 derajat mendekati Matahari, sehingga terjadi kondisi malam lebih pendek dibandingkan siang hari.
Baca Juga: Pertamina Pasok 15.000 Kiloliter BBM untuk Pemudik di Jawa Tengah
Kondisi gelap yang terjadi saat polar night berlangsung, memunculkan kemungkinan terjadinya fenomena alam dahsyat yang banyak dicari-cari wisatawan yaitu Aurora Borealis (Northern Lights) di BBU dan Aurora Australis (Southern Lights) di BBS.
Keduanya terbentuk akibat terjadinya badai geomagnetik dan salah satu syaratnya adalah baru bisa terlihat bila keadaan langit di sekitar kita "gelap total" atau tidak ada polusi cahaya.