Suara.com - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin menyampaikan pengamatan hilal untuk penetapan puasa pada Ramadan baru dilakukan pasca magrib. Tapi kemungkinan besar hilal belum terlihat
"Tetapi hasil hisab (perhitungan astronomi) saat magrib bulan masih di bawah ufuk. Jadi mustahil teramati," ujar Thomas saat dihubungi Suara.com, Rabu (15/5/2018).
LAPAN pun memprediksi dalam 4 tahun ke depan sampai 2021, tanggal 1 Ramadan yang ditetapkan Muhammadyah dan NU diprediksi akan sama. Sehingga umat muslim di Indonesia akan menjalankan puasa dan Lebaran serentak.
"Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah akan seragam karena posisi bulan bukan berada di antara 0 derajat (kriteria Wujudul Hilal Muhammadiyah) dan 2 derajat (kriteria NU)," jelasnya.
Baca Juga: Menag Harap Ramadan dan Lebaran Muhammadiyah & NU Berbarengan
Misalnya, lanjutnya, pada saat maghrib akhir Sya'ban hari ini bulan berada di bawah ufuk. Jadi semua bersepakat hilal tidak mungkin dirukyat.
"Penetapan tanggal-tanggal penting pada kalender Islam itu serentak karena terbantu posisi bulan. Perbedaan baru muncul pada 2022," tutur Thomas.