Dakwah dan Media Sosial, Rahasia Kesuksesan Ustaz Abdul Somad

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 02 Mei 2018 | 07:15 WIB
Dakwah dan Media Sosial, Rahasia Kesuksesan Ustaz Abdul Somad
Ustadz Abdul Somad di Masjid Jami Al Jihad, Jalan H. Poleng, RT 2, RW 1, Kelurahan Jurangmangu Barat, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan [suara.com/Bowo Raharjo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Gaya komunikasi khas

Abdul Somad adalah pembicara yang ulung. Salah satu yang khasnya adalah mengundang tawa. Sisipan humornya membuat ceramah-ceramahnya yang diberi judul “lucu”, “kocak”, dan “ngakak terus” ditonton ratusan ribu penonton. Ini menunjukkan bahwa khalayak tidak semata menginginkan ceramah agama, tapi juga hiburan. Dalam hal ini, dia tidak hanya mempunyai penguasaan yang baik mengenai dalil-dalil agama sebagai hasil belajarnya sejak sekolah dasar, tapi ia juga ahli komunikasi yang andal menggunakan humor untuk menyampaikan pesannya kepada jemaahnya.

Humornya sering kali tidak baru bahkan terkadang terkesan klise. Namun, orang-orang sering kali lebih senang mendengar apa yang ingin mereka dengarkan dibandingkan dengan apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Dalam konteks ini, tampak bahwa Abdul Somad menaati betul ajaran retorika Aristotelian. Menurut Aristoteles, hubungan pembicara dengan khalayak sangat penting, dan karena itu khalayak haruslah menjadi pertimbangan utama jika pembicaraan ingin berhasil. Oleh karena itu, humor Somad selalu berhasil karena selalu dekat dengan khalayak.

Tidak hanya itu, dalam ceramah-ceramahnya, penceramah ini juga sering kali interaktif. Dengan cara demikian, ia mampu membangun kedekatan yang lebih kuat dengan khalayak. Model komunikasi dua arah ini juga mampu meningkatkan kepuasan khalayak.

Sebagai pembicara, Somad tidak hanya menempatkan khalayak pada posisi penting dalam pembicaraan, tapi juga memenuhi tiga teori penting dalam public speaking, yakni ethos, pathos, dan logos.

Ketika ditanya tentang masalah berpacaran, Somad membagi pengalamannya sewaktu menjadi mahasiswa di Mesir. Di sini, dia sedang membangun kredibilitasnya (ethos) sebagai orang yang layak berbicara mengenai “hukum” pacaran, tapi sekaligus membangun kedekatan dan simpati melalui topik yang diangkat (pathos).

Sementara logos, dibangun melalui suatu argumen bahwa pendidikan jauh lebih penting sehingga inilah yang mestinya diurus karena hal itu akan membuka rezeki. Dengan menggunakan pendekatan seperti ini, ceramah Ustaz Abdul Somad bisa diterima dan disukai oleh jemaahnya.

Artikel ini sudah pernah ditayangkan di The Conversation.

The Conversation

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI