Ketika berangkat ke AS, ibu Koum mengisi tasnya dengan beberapa batang pena dan sepak buku tulis keluaran Uni Soviet. Peralatan tulis itu dibawa agar ia tak perlu lagi membeli pena dan buku tulis bagi Koum saat bersekolah.
2. Tukang pel toko kelontong
Untuk menyambung hidup di AS, ibu Koum bekerja sebagai pengasuh anak. Koum sendiri bekerja sebagai tukang pel di toko kelontong. Ketika ibunya didiagnosis menderita kanker, mereka menggantungkan hidup pada dana bantuan pemerintah untuk orang sakit.
3. Tukang kelahi
Koum untungnya mahir berbahasa Inggris, meski demikian ia rupanya tak cocok dengan gaya persabahatan remaja di AS. Di sekolah menengah, ia terkenal sebagai tukang kelahi.
Belakangan, dalam wawancara dengan Forbes, ia mengaku tak suka bersekolah.
Pada usia 18 tahun, ia sudah belajar jaringan komputer secara otodidak. Buku-buku manual komputer ia pinjam dari dari sebuah toko buku dan akan dikembalikannya, karena ia tak punya uang untuk membelinya.
4. Putus sekolah
Koum kemudian melanjutkan pendidikan di San Jose University. Di saat yang sama ia bekerja sebagai security tester di Ernst & Young.
Pada 1997, ia mendapat tugas untuk memeriksa sistem iklan di Yahoo. Itu untuk pertama kalinya ia berjumpa Brian Acton, pegawai ke-44 Yahoo.