Diam-diam Pasukan Robot Pembunuh Dibangun di Universitas Korsel

Dythia Novianty Suara.Com
Minggu, 08 April 2018 | 10:25 WIB
Diam-diam Pasukan Robot Pembunuh Dibangun di Universitas Korsel
Ilustrasi robot dengan sistem kecerdasan buatan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dalam sebuah surat terbuka yang mengumumkan boikot itu, para peneliti telah memperingatkan, jika dikembangkan, senjata otonom akan memungkinkan adanya perang lebih cepat dan dalam skala yang lebih besar dari sebelumnya.

"Mereka akan berpotensi menjadi senjata teror," tulis penelliti di surat itu.

Mereka mengutip larangan efektif pada teknologi senjata sebelumnya dan mendesak KAIST melarang pekerjaan apa pun pada senjata otonom mematikan, dan menahan diri dari penggunaan AI yang akan membahayakan kehidupan manusia. AI adalah bidang dalam ilmu komputer yang bertujuan untuk menciptakan mesin yang mampu merasakan lingkungan dan membuat keputusan.

Surat itu, yang juga ditandatangani oleh para ahli top mengenai pembelajaran mendalam dan robotika, dirilis menjelang pertemuan di Jenewa oleh 123 negara anggota PBB Senin besok. Pertemuan itu akan membahas mengenai tantangan yang ditimbulkan oleh senjata otonom mematikan, yang oleh para kritikus digambarkan sebagai 'robot pembunuh'.

Baca Juga: OECD: Kecerdasan Buatan Lebih Banyak Manfaat dari Bahaya

Walsh mengatakan kepada Reuters dikutip Metro, ada banyak potensi penggunaan robotik dan Inteligensi Buatan yang baik di militer, termasuk memindahkan manusia dari tugas berbahaya seperti membersihkan ladang ranjau.

"Tapi kita tidak boleh menyerahkan keputusan siapa yang hidup atau mati pada mesin. Ini melintasi garis moral yang jelas, Kami tidak boleh membiarkan robot memutuskan siapa yang tinggal dan siapa yang mati," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI