Suara.com - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memastikan, Indonesia aman dari kejatuhan serpihan Stasiun Ruang Angkasa pertama milik Cina, Tiangong-1, yang telah memasuki masa purna bakti.
Menurut laman twitter LAPAN, lintasan terakhir Tiangong-1 akan berakhir di sekitar Samudera Atlantik dan telah melewati wilayah Indonesia.
Menjelang jatuhnya stasiun tersebut, Tiangong-1 telah mengalami penurunan ketinggian rata-rata sebesar 3,2 kilometer per hari.
Jika ketinggian mencapai 120 kilometer, maka stasiun itu akan dianggap mengalami "atmospheric reentry", sehingga dengan cepat akan jatuh menuju permukaan bumi.
Baca Juga: Awas, Stasiun Luar Angkasa Cina Bakal Tabrak Bumi 30 Maret
Proses "reentry" dari Tiangong-1 diperkirakan terjadi pada 2 April pukul 07.49 WIB plus minus dua jam.
Panas dan tekanan yang dialami setelah "reentry" akan mengakibatkan Tiangong-1 pecah dan serpihan dari obyek tersebut bila tidak habis terbakar, akan menyebar pada area seluas ribuan kilometer.
Sebelumnya, Pusat Pengendalian Ruang Angkasa Beijing (BACC) memperkirakan Tiangong-1 jatuh ke bumi antara 31 Maret hingga 4 April 2018.
Tiangong-1 diluncurkan pada 29 September 2011 dan tugasnya berakhir pada 16 Maret 2016 setelah tidak memberikan sinyal apa pun ke bumi.
Baca Juga: Berpotensi Hantam Indonesia, LAPAN Awasi Satelit Tiangong-1
Rentang orbit stasiun luar angkasa itu berada pada kisaran 43 derajat lintang utara hingga 43 derajat lintang selatan.
Dengan demikian, orbit Tiangong-1 membentang luas di atas kawasan Amerika Utara, Amerika Selatan, Cina, Timur Tengah, Afrika, Australia, sebagian Eropa, Samudra Pasifik, dan Samudra Atlantik. [Antara]