Menkominfo: Bawaslu Akan Awasi Penggunaan Facebook dalam Pemilu

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 22 Maret 2018 | 22:40 WIB
Menkominfo: Bawaslu Akan Awasi Penggunaan Facebook dalam Pemilu
Menkominfo Rudiantara [suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penggunaan media sosial Facebook untuk mempengaruhi pemilih selama Pilkada 2018 dan Pemilu 2019 akan diawasi oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

"Kalau mempengaruhi itu yang paling tahu Bawaslu, sekarang KPU punya aturan mana iklan boleh dan lain sebagainya. Saya tidak berkompeten," ujar dia di Jakarta, Kamis (22/3/2018), menanggapi kemungkinan pembobolan data Facebook untuk mempengaruhi pilihan dalam pemilu di Tanah Air.

Konten dalam konteks pilkada, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden akan diawasi Bawaslu sesuai regulasi KPU. Dikatakannya, hal tersebut telah tertuang dalam nota kerja sama koordinasi pengawasan konten internet dalam masa Pilkada Serentak 2018 antara Kemkominfo, Bawaslu dan KPU.

Sesuai nota kesepakatan itu, Bawaslu memiliki wewenang untuk menyediakan analisis hasil pengawasan media sosial dalam kampanye pemilihan umum.

Sedangkan, KPU memiliki wewenang untuk menyediakan informasi data tim kampanye dan akun media sosial peserta Pilkada yang sudah didaftarkan sebelumnya.

Selanjutnya, Kemkominfo memiliki wewenang untuk menindaklanjuti rekomendasi laporan hasil pengawasan tersebut dan melakukan penanganan konten yang melanggar ketentuan perundang-undangan dalam pelaksanaan Pilkada 2018.

"Kalau mereka minta sesuatu melanggar saya bisa lakukan sesuatu, harus bareng tidak hanya Kemkominfo. Tergantung pelanggaran apa, apakah melanggar UU ITE, saya bisa masuk," ujar Rudiantara.

Pada Rabu (21/3/2018) Menkominfo mengatakan akan menyurati Facebook untuk meminta keterangan mengenai penyalahgunaan data pengguna oleh perusahaan analisis data pada pemilu di AS.

Langkah itu diambil setelah sebuah perusahaan penganalisis data di Inggris diketahui telah secara sepihak memanfaatkan puluhan juta profil pengguna Facebook di AS untuk merancang kampanye Donald Trump dalam pemilihan presiden AS pada 2016 lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI