Studi: Eropa Sedang Hijrah Menjadi Dunia Non-Kristen

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 22 Maret 2018 | 18:36 WIB
Studi: Eropa Sedang Hijrah Menjadi Dunia Non-Kristen
Seorang tua sedang berdoa di gereja. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perjalanan Eropa menjadi sebuah masyarakat non-Kristen tampaknya tak bisa dihindari dan akan berlangsung cepat, demikian isi sebuah laporan terbaru dari peneliti di Inggris, seperti yang dilansir The Guardian, Rabu (21/3/2018).

Dalam laporan tersebut dibeberkan bahwa mayoritas orang muda, yang berusia antara 16-29 tahun, di belasan negara Eropa mengaku sudah tak beragama.

Laporan itu disusun oleh Stephen Bullivant, pakar teologi dan sosiologi agama di Universitas St Mary, London. Bertajuk "Europe’s Young Adults and Religion", laporan tersebut menggunakan data dari survei sosial Eropa selama periode 2014-2016.

"Agama sudah mati," kata Bullivant, "Anak-anak muda semakin tak mau mengindentifikasikan diri dengan agama atau mempraktikan lagi ritual keagamaan."

"Kekristenan sebagai sesuatu yang default, sebagai norma, sudah hilang dan mungkin akan hilang selamanya - atau setidaknya dalam 100 tahun ke depan," imbuh dia.

Dalam studi itu ditemukan bahwa Republik Cek merupakan negara yang paling tidak religius di Eropa. Di negeri itu, 91 persen orang muda mengaku tak memeluk agama apa pun. Di Estonia, Swedia, dan Belanda antara 70 sampai 80 persen orang muda menyebut diri mereka tak beragama.

Di Hungaria, Prancis, Belgia, Denmark, Spanyol, Norwegia, dan Finlandia lebih dari 50 persen orang muda mengaku tak beragama lagi.

Negara yang paling religius di Eropa, menurut studi itu, adalah Polandia. Sekitar 17 persen orang muda di negara itu mengaku tak beragama dan sisanya mengaku beragama Kristen.

Di Inggris sendiri, sekitar 70 persen orang muda mengaku tak memiliki agama. Hanya 7 persen yang masih memeluk Anglikan, kurang dari 10 persen mengaku beragama Katolik, dan 6 persen mengaku beragama Islam.

"Identitas kultural keagamaan tidak diteruskan dari orang tua kepada anak-anak. Identitas itu dengan mudah terhapus dari mereka," jelas Bullivant.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI