Heboh Mikroplastik pada Air Kemasan, Apa Kata Ahli?

Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 21 Maret 2018 | 16:06 WIB
Heboh Mikroplastik pada Air Kemasan, Apa Kata Ahli?
Ilustrasi air mineral kemasan atau air kemasan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Temuan mikroplastik pada air kemasan yang berasal dari beberapa negara, termasuk Indonesia yang dijadikan sampel pada penelitian yang dilakukan State University of New York, tentu membuat masyarakat cukup resah.

Pasalnya, banyak yang khawatir mikroplastik dapat mempengaruhi kesehatan. Lantas, apa sebenarnya mikroplastik? Dan, berbahayakah bagi kesehatan?

Menjawab pertanyaan tersebut Profesor di bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Zullies Ikawati, PhD mengatakan bahwa mikroplastik adalah partikel plastik dalam ukuran sangat kecil (kurang dari 5 mikron).

Partikel plastik berukuran sangat kecil ini, kata dia, bisa diperoleh dari berbagai sumber yang mengandung plastik, yang dapat diperoleh selama proses industri, packaging, maupun hasil degradasi dari senyawa plastik.

Baca Juga: Gerindra Klarifikasi Pernyataan Prabowo 'Indonesia Bubar 2030'

Sampai saat ini, tambah Prof Zullies, WHO menekankan bahwa belum ada data-data ilmiah bahwa mikroplastik berbahaya bagi kesehatan manusia, dan untuk itu diperlukan studi jangka panjang.

"Jadi, belum bisa dijawab mengenai reaksi atau efek samping yang terjadi pada manusia jika terus menerus minum dari minuman yang diduga terpapar mikroplastik, karena masih menjadi perdebatan," terangnya kepada suara.com melalui surat elektronik, Rabu (21/3/2018).

Namun demikian, lanjut Prof Zullies, beberapa jenis plastik lainnya memang telah banyak diteliti dan bisa berpengaruh terhadap kesehatan manusia, contohnya senyawa DEHP (Di(2-ethylhxyl)phthalate).

DEHP merupakan jenis plastik yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan reproduksi dan perkembangan organ reproduksi pada hewan percobaan, efek teratogenik atau cacat janin termasuk penurunan jumlah janin hidup saat kelahiran, kelainan anatomi testis dan organ reproduksi, penurunan jumlah sperma serta penurunan kadar testosteron.

"Namun sekali lagi, terkait dengan mikroplastik, belum banyak penelitian yang melaporkan jenis plastiknya maupun dampaknya terhadap kesehatan," terang Prof Zullies.

Baca Juga: Tabungan Perumahan Rakyat Ditarget Sudah Berjalan April 2018

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa sejauh yang dapat ditelusuri, penelitian tentang efek mikroplastik baru dilakukan terhadap biota laut. Ini dikarenakan awal penemuan adanya mikroplastik adalah dari laut.

Prof Zullies juga mengatakan bahwa penelitian pertama tentang mikroplastik dilaporkan pada 1972, berupa laporan adanya plastik yang dijumpai pada plankton yang ada di laut Atlantik Utara, yang diduga berasal dari limbah yang menuju ke lautan.

Belakangan penelitian tentang keberadaan mikroplastik mulai merambah ke daratan, terutama pada tempat-tempat yang diduga banyak melibatkan atau menggunakan plastik. Ini dikarenakan, menurut Prof Zullies, mikroplastik merupakan senyawa sintetik yang berasal dari senyawa plastik.

Jadi, kata dia, mungkin saja ditemukan pada produk-produk lain yang menggunakan plastik sebagai kemasan, misalnya kosmetik dan lain sebagainya. Dan, karena merupakan senyawa sintetik, tentunya mikroplastik tidak secara alami terdapat pada sayuran, buah atau bahan pangan lain, kecuali jika ada kontaminasi.

"Mengingat hingga kini belum dapat dipastikan bahaya mikroplastik pada (jika ada) air minum kemasan. Jadi, masyarakat tidak perlu merespon terlalu berlebihan," jelas Prof Zullies.

Namun, lanjut dia, mengingat plastik memang senyawa yang sulit dimusnahkan dan menjadi polutan di Bumi, maka pengurangan penggunaan plastik menjadi tindakan yang bijaksana, seperti yang sudah sering diimbau oleh Pemerintah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI