Mengatasi Keterbatasan
Bagi sesama ilmuwan dan orang-orang terkasih, Hawking dikenal sebagai persona yang memunyai intuisi dan selera humor sarkastik.
Melalui humor, Hawking pernah mengakui ingin menunjukkan pikiran manusia adalah tak terbatas. Tak juga bisa dibatasi oleh kecacatan fisik seperti yang dialaminya.
Hawking, ketika masih berstatus mahasiswa pada tahun 1963—waktu itu berusia 21 tahun—sudah didiagnosis mengidap gejala sklerosis lateral amiotrofik (ALS), yang akan membuatnya kehilangan hampir seluruh kendali neuromuskularnya.
Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Suami Minggat Tinggalkan Kalina Oktarani
Pada tahun 1974, ia tidak mampu makan atau bangun tidur sendiri. Suaranya menjadi tidak jelas, sehingga hanya dapat dimengerti oleh orang yang mengenalnya dengan baik.
Pada tahun 1985, ia terkena penyakit pneumonia dan harus dilakukan trakeostomi, sehingga ia sama sekali tidak dapat berbicara.
Seorang ilmuwan Cambridge membuat alat yang mampu membantu Hawking menulis apa yang ingin ia katakan pada sebuah komputer, lalu akan dilafalkan melalui sebuah "voice synthesizer".
Dokter memprediksi Hawking tak bakal lama hidup. Tapi, ia mampu membantah penilaian dokter dan hidup sampai sebelum Rabu, tanggal 14 Maret 2018 ini.
"Mereka yang hidup dalam bayang-bayang kematian, seringkali adalah mereka yang hidup paling banyak," tutur Hawking dalam biografinya.
Baca Juga: TB-Anton Janji Bersihkan DAS Citarum Lebih Cepat dari Jokowi