Berpotensi Hantam Indonesia, LAPAN Awasi Satelit Tiangong-1

Senin, 12 Maret 2018 | 16:23 WIB
Berpotensi Hantam Indonesia, LAPAN Awasi Satelit Tiangong-1
Ilustrasi satelit yang berada di orbit bumi. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan pihaknya terus memantau pergerakan stasiun luar angkasa Tiangong-1 milik China. Stasiun tersebut diperkirakan akan re-entry (masuk kembali ke atmosfer Bumi) dalam waktu dekat.

"Ya LAPAN terus memantau," kata Thomas kepada Suara.com lewat pesan singkat, Senin (12/3/2018).

Diluncurkan pada 2011, Tiangong-1 sebenarnya dirancang hanya untuk beroperasi hingga 2013. Namun setelah masa operasinya diperpanjang, modul tersebut mulai tak berfungsi optimal, tak lagi bisa dikendalikan dari Bumi, dan perlahan-lahan meluncur ke Bumi dalam kecepatan tinggi.

Mengenai lokasinya, Thomas menjelaskan serpihan stasiun berbobot sekitar 8,5 ton ini akan jatuh di wilayah antara 43 derajat lintang utara dan 43 derajat lintang selatan, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Begini Sosok Perempuan Penusuk Ustad Abdul di Masjid Sawangan

"Tetapi secara umum, kemungkinan jatuh di pemukiman sangat kecil," lanjut pria yang mendapat gelar doktor dari Universitas Kyoto ini.

Berbicara soal adanya komponen berbahaya di Tiangong-1, Thomas tidak mau berandai-andai. Namun ia menjelaskan, stasiun luar angkasa biasanya menggunakan Hydrazine sebagai bahan bakar.

"Kalau masih bersisa memang sangat beracun. Tabung bahan bakar ini yang perlu diwaspadai," jelasnya.

Dikutip dari situs resmi LAPAN, Tiangong-1 diperkirakan akan mengalami re-entry pada 10 April 2018. Namun prediksi ini dapat berubah sewaktu-waktu tergantung aktivitas matahari dan geomagnet yang akan mempengaruhi kondisi kerapatan atmosfer.

"Mengingat aktivitas matahari dan geomagnet sangat rendah, diperkirakan proses re-entry tersebut akan terjadi lebih lama daripada waktu yang telah diperkirakan sebelumnya," tulis LAPAN.

Baca Juga: 2017, Transaksi Non Tunai BRI Melonjak 51,8 Persen

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI