Suara.com - Semalam tepat 31 Januari 2018 hampir sebagian orang di dunia melihat salah satu fenomena alam langka dimana setengah dari Bumi akan mengalami sebuah bulan darah biru yang super atau banyak disebut Super Blue Blood Moon.
Akhir ini banyak ahli yang bisa mengungkapkan fenomena asal usul terjadinya peristiwa langka ini. Tapi di jaman dulu, yang banyak terkuak sebatas legenda dan mitos. Bahkan, fenomena alam ini kerap menimbulkan berbagai mitos, seperti Tuhan yang marah dalam penipuan Colombus.
Ada cerita menarik di tahun 1504 di tempat yang sekarang dikenal dengan nama Jamaika. Ketika itu penjelajah Spanyol Christopher Columbus dianggap melakukan penipuan yang akan mengubah masa depan dunia, seperti yang dijelaskan Duncan Steel dalam bukunya Eclipse: The Celestial Phenomenon that Changed the Course of History.
Tanpa ilusi ini, kolonisasi Amerika seperti yang kita kenal mungkin tidak demikian.
Baca Juga: Gubernur NTB: Salat Gerhana Bulan, Ciri Orang Beruntung
Columbus dalam perjalanannya yang keempat ke Amerika pada bulan Juni 1503, dia mengalami masalah. Epidemi pembawa kapal menghancurkan dua dari empat kapal, memaksa dia untuk mendaratkan dua yang tersisa di sebuah pulau Karibia yang dihuni oleh penduduk asli Arawak.
Setelah enam bulan menyediakan makanan untuk orang asing yang mendarat di pulau mereka, Arawak merasa terganggu. Columbus pun juga menghadapi masalah.
Pelaut itu memberontak. Mereka membantai beberapa penduduk Arawak dan mencuri makanan mereka. Dengan hubungan antara orang asing dan penduduk lokal di pulau itu dengan cepat memburuk, Columbus perlu melakukan sesuatu.
Penjelajah tersebut menyadari bahwa ia memiliki beberapa informasi yang tidak diketahui Arawak. Matematikawan dan astronom abad ke-15 Johannes Müller von Königsberg, juga dikenal sebagai Regiomontanus, telah menerbitkan almanak dengan tabel astronomi yang mencakup tahun 1475-1506.
Teks itu sangat diperlukan bagi para pelaut. Columbus, yang telah melakukan sedikit perjalanan saat itu, terbiasa dengan isinya yang ia gunakan untuk mengesankan orang-orang Arawaks.
Baca Juga: 7000 Warga Jakarta Padati TIM Saksikan Gerhana Bulan
Tiga hari sebelum gerhana bulan terjadi pada malam tanggal 29 Februari, Columbus mengadakan pertemuan dengan kepala Arawak. Columbus mengatakan kepada mereka bahwa dewa Kristennya marah karena penduduk setempat tidak lagi menawarkan singkong dan ikan kepada para pengunjung.
"Bukti kemarahan tuhan akan ditunjukkan dalam waktu tiga hari, saat bulan akan lenyap dari langit dan menjadi merah karena kemarahan," kata Colombus.
Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan pemimpin Arawak kala itu tentang ancaman saat dikirim. Tapi tiga hari kemudian, saat bulan menghilang dan sepertinya berdarah, seperti yang dikatakan orang asing itu, semua orang yakin bahwa Columbus memiliki koneksi yang sangat kuat.
Putra Columbus, Ferdinand, menceritakan bahwa orang-orang Arawak berlari dari segala arah ke kapal-kapal yang sarat dengan ketentuan dan memohon kepada laksamana untuk memohon ampunan dengan "Tuhannya" atas nama mereka.
Columbus berpura-pura mempertimbangkan permintaan itu dengan serius. Kemudian dia duduk dan menunggu fase gerhana untuk mengembalikan bulan, mengikuti almanak.
Ketika langit muncul kembali dari bayang-bayang bumi, menurut perhitungan astronomi, Columbus keluar dan mengatakan bahwa dia telah menegosiasikan sebuah kedamaian. Tuhannya akan meredakan amarahnya jika Arawak terus memberi makan orang asing.
Kaum Arawak setuju, mereka membantu menjaga pelaut Spanyol tetap hidup sampai persediaan bantuan tiba dari Hispaniola pada bulan Juli. Pada bulan November, para pelaut kembali ke Spanyol dan segera penaklukan koloni Amerika dimulai.
Colombus yang memanfaatkan fenomena Gerhana menipu orang-orang Eropa dan Arawak kala itu. [Qz]