Di Balik Cerita Columbus Soal Gerhana Bulan

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 01 Februari 2018 | 07:53 WIB
Di Balik Cerita Columbus Soal Gerhana Bulan
Patung Christopher Colombus. (Shutterstocks)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tiga hari sebelum gerhana bulan terjadi pada malam tanggal 29 Februari, Columbus mengadakan pertemuan dengan kepala Arawak. Columbus mengatakan kepada mereka bahwa dewa Kristennya marah karena penduduk setempat tidak lagi menawarkan singkong dan ikan kepada para pengunjung.

"Bukti kemarahan tuhan akan ditunjukkan dalam waktu tiga hari, saat bulan akan lenyap dari langit dan menjadi merah karena kemarahan," kata Colombus.

Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan pemimpin Arawak kala itu tentang ancaman saat dikirim. Tapi tiga hari kemudian, saat bulan menghilang dan sepertinya berdarah, seperti yang dikatakan orang asing itu, semua orang yakin bahwa Columbus memiliki koneksi yang sangat kuat.

Foto Bulan pada Rabu (31/1) yang diunggah fotografer senior Arbain Rambey ke akun Twitter-nya. [Twitter/arbainrambey]

Baca Juga: Gubernur NTB: Salat Gerhana Bulan, Ciri Orang Beruntung

Putra Columbus, Ferdinand, menceritakan bahwa orang-orang Arawak berlari dari segala arah ke kapal-kapal yang sarat dengan ketentuan dan memohon kepada laksamana untuk memohon ampunan dengan "Tuhannya" atas nama mereka.

Columbus berpura-pura mempertimbangkan permintaan itu dengan serius. Kemudian dia duduk dan menunggu fase gerhana untuk mengembalikan bulan, mengikuti almanak.

Ketika langit muncul kembali dari bayang-bayang bumi, menurut perhitungan astronomi, Columbus keluar dan mengatakan bahwa dia telah menegosiasikan sebuah kedamaian. Tuhannya akan meredakan amarahnya jika Arawak terus memberi makan orang asing.

Kaum Arawak setuju, mereka membantu menjaga pelaut Spanyol tetap hidup sampai persediaan bantuan tiba dari Hispaniola pada bulan Juli. Pada bulan November, para pelaut kembali ke Spanyol dan segera penaklukan koloni Amerika dimulai.

Colombus yang memanfaatkan fenomena Gerhana menipu orang-orang Eropa dan Arawak kala itu. [Qz]

Baca Juga: 7000 Warga Jakarta Padati TIM Saksikan Gerhana Bulan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI