Suara.com - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, memanfaatkan momen langka Gerhana Bulan total pada 31 Januari besok untuk menyentil mereka yang percaya Bumi berbentuk datar dan bukan bulat.
Thomas, yang lulusan Institut Teknologi Bandung dan Universitas Kyoto, Jepang itu, mengatakan bahwa Gerhana Bulan merupakan salah satu bukti bahwa Bumi berbentuk bulat.
"Ayo buktikan Bumi itu benar-benar bulat dengan melihat Gerhana Bulan," tulis Thomas dalam akun Facebooknya, Minggu (28/1/2018).
"Gerhana Bulan adalah bantahan telak untuk para penggemar dongeng bumi datar," imbuh dia.
Lebih lanjut lewat blog pribadinya, Thomas membeberkan bahwa Gerhana Bulan, seperti yang akan terjadi besok malam, membuktikan bahwa Bumi bulat.
"Bayangan gelap yang jatuh pada purnama, adalah bayangan bumi. Bayangan gelap pada proses gerhana berbentuk melengkung yang mengindikasikan bulatnya bumi," terang dia.
Skematik astronomis, jabar Thomas, menjelaskan kejadian gerhana bulan terjadi akibat bulan memasuki bayangan bumi. Bayangan bumi terjadi karena cahaya matahari terhalang oleh bumi.
Gerhana, tulis Thomas, juga bisa diprakirakan dengan baik waktu dan prosesnya. Hal itu didasarkan pada model saintifik sistem bumi-bulan-matahari.
"Bulan mengitari Bumi. Bumi bersama Bulan mengitari Matahari. Cahaya purnama disebabkan oleh pantulan cahaya matahari. Namun pada saat tertentu, bulan memasuki bayangan bumi ketika matahari-bumi-bulan dalam posisi segaris. Saat itulah terjadinya gerhana yang bisa kita amati," jelas Thomas.
Thomas kemudian menekankan bahwa para penggemar dongeng bumi datar tidak bisa menjelaskan fenomena gerhana bulan secara logis.
"Waktu kejadian gerhana dan prosesnya tidak bisa mereka jelaskan, karena dongeng bumi datar tidak menggunakan sains, walau mereka mengklaim melakukan kegiatan yang mereka sebut 'penelitian'," sindir Thomas.
"Kejadian Gerhana Bulan adalah pukulan telak yang membantah dongeng bumi datar," pungkas dia.