Ditemukan, Kelelawar Raksasa

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 18 Januari 2018 | 08:50 WIB
Ditemukan, Kelelawar Raksasa
Ilustrasi kelelawar. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ahli paleontologi telah menemukan gigi dan tulang yang termasuk spesies kelelawar purbakala. Spesies tersebut, bernama Vulcanops jennyworthyae, menghuni di Selandia Baru sekitar 16 juta tahun lalu.

Kelelawar yang berkembang adalah kelompok unik mamalia yang hanya ditemukan di Selandia Baru.

Hewan-hewan ini tidak hanya terbang, tapi merangkak di sepanjang tanah juga dan dilengkapi dengan cakar khusus. Vulcanops adalah kelelawar terbesar yang pernah ditemukan, meski bobotnya masih sekitar 40 gram.

Temuan ini dijelaskan dalam jurnal Scientific Reports.

Baca Juga: Digigit Kelelawar, Lelaki Ini Meninggal Kena Rabies

"Kelelawar terbesar ini lebih dekat kaitannya dengan kelelawar yang tinggal di Amerika Selatan daripada yang lain di Pasifik barat daya," kata Profesor Sue Hand, penulis pertama penelitian yang menggambarkan spesies baru tersebut dan seorang ahli paleontologi dari University of New South Wales.

Secara khusus, Prof Hand mengatakan bahwa belati yang menggali seperti Vulcanops terkait dengan kelelawar vampir.

Namun, tidak seperti sepupu yang memberi makan darah, gigi spesies baru ini diperkirakan mengonsumsi bahan tanaman dan juga makhluk kecil.

Para ilmuwan mengatakan, penemuan tersebut berfungsi sebagai pengingat akan keragaman kehidupan yang telah punah dari Selandia Baru.

"Kelelawar ini, bersama dengan penyu dan buaya, menunjukkan bahwa kelompok hewan utama telah hilang dari Selandia Baru," kata rekan penulis studi Profesor Paul Scofield, dari Museum Canterbury.

Baca Juga: Kelelawar Vampir Teror Brazil, 1 Orang Tewas, 40 Lainnya Rabies

"Mereka menunjukkan bahwa korban selamat dari fauna yang hilang ini meliputi tuatara, moas, kiwi, acanthisittid wrens dan katak leiopelmatid, berevolusi dalam komunitas yang jauh lebih kompleks dari yang ada sampai sekarang."

Banyak kelelawar biasa menghuni Selandia Baru, namun fluktuasi iklim diperkirakan telah menyebabkan kematian tertinggi dari semua kecuali dua spesies, yang masih bertahan sampai sekarang.

Sementara bangsa ini masih merupakan rumah bagi beragam spesies burung. Dua kelelawar yang tersisa adalah satu-satunya mamalia yang masih mendiami pulau yang tidak diperkenalkan oleh manusia. [Independent]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI