Batu Antariksa di Mesir Diduga Lebih Tua dari Matahari

Liberty Jemadu Suara.Com
Sabtu, 13 Januari 2018 | 08:15 WIB
Batu Antariksa di Mesir Diduga Lebih Tua dari Matahari
Ilustrasi Matahari terbit di pagi hari (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah batu antariksa yang ditemukan di Mesir membuat pusing para ilmuwan, karena diperkirakan usianya lebih tua dari Matahari dan bukan berasal dari tata surya kita.

Batu Hypatia, nama objek antariksa tersebut, ditemukan di Gurun Kaca Libya. Namanya diambil dari seorang astronom legendaris, Hypatia dari Aleksadria.

Analisis awal terhadap batu itu menunjukkan bahwa ia terdiri dari material mikromineral yang tak pernah ditemukan sbelumnya di Bumi atau di meteor-meteor mana pun. Material itu bahkan belum pernah ditemukan di tata surya kita.

Dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Geochimica et Cosmochimia Acta, menunjukkan bahwa batu antariksa itu tak mengandung mineral silikat, material yang lazim  didapati ada objek-objek dalam tata surya kita.

Para peneliti juga menemukan bahwa batu tersebut mengandung alumunium, tetapi dalam bentuk murni dan karenanya sangat jarang atau bahkan tak pernah ditemui oleh para ilmuwan sebelumnya di dalam tata surya kita.

Juga ditemukan material bernama silikon karbida dan perak iodine fosfida dalam bentuk yang tak diduga-duga oleh para peneliti. Selain itu ada pula sebuah material yang terdiri dari nikel dan fosforus, tetapi tanpa kandunga besi - sebuah komposisi ganjil yang tak pernah ditemukan di Bumi atau di objek antariksa lainnya.

Karena fitur-fiturnya yang unik itu, para ilmuwan menduga Batu Hypatia dibentuk oleh material-material yang tak bisa berubah dan karenanya diperkirakan berusia lebih tua dari Matahari. Meski demikian, para ilmuwan menduga batu itu terbentuk bersamaan dengan saat tata surya kita tercipta.

Tata surya sendiri diyakini tercipta dari sejumlah besar debu antarbintang atau yang juga disebut "solar nebula". Para ilmuwan yakin bahwa debu antarbintang ini sifatnya homogen.

Tapi penemuan Batu Hypatia justru bertentangan dengan keyakinan tadi.

Jan Kramers, peneliti dari University of Johannesburg, Afrika Selatan, mengatakan bahwa tak adanya mineral silikat dalam matriks Batu Hypatia adalah salah satu faktor penting yang membedakan objek itu dari benda lain di tata surya kita.

Mineral silikat biasanya dominan pada meteor-meteor chondritic - salah satu material paling purba di tata surya kita - dan planet-planet seperti Mars, Venus, serta Bumi.

Menurut Kramers, jika batu antariksa di Mesir itu tak lebih tua dari Matahari, maka ia adalah bukti bahwa solar nebula sebenarnya tidak homogen dan karenanya teori terbentuknya tata surya yang selama ini dipercayai oleh mayoritas ilmuwan di Bumi patut dipertanyakan. (Tech Times)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI