Suara.com - Pengguna media sosial di sekeliling dunia mengungkapkan kemarahan, setelah aplikasi Google Maps mencantumkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Presiden Donald Trump hari Rabu (6/12), mengumumkan AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dalam langkah kontroversial yang memicu hujatan dari berbagai belahan dunia.
Penelurusan "ibu kota Israel" di Google Maps akan mengembalikan jawaban Yerusalem. Belum jelas apakah Google Maps mengganti hasil itu setelah pengumuman Trump atau memang sudah seperti itu sejak lama.
Google tidak merespon ketika diminta komentar oleh Anadolu Agency, Jumat (8/12/2017).
Baca Juga: Hingga November, Realisasi KUR Capai Rp91,3 Triliun
Sebuah petisi daring menuntut agar Google Maps berhenti menuliskan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, sudah mendapatkan dukung 1.000 tanda tangan.
"Bukan berarti kita juga harus mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel hanya karena Trump melakukan itu," kata pencetus petisi Yazan Al-Asad di suratnya kepada Google.
"Kita tidak bisa tunduk kepada narasi palsu dan menghina yang disebarkan oleh Trump. Saya kaget ketika hari ini melihat hasil pencarian Google menunjukkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel," tulisnya.
Perusahaan raksasa internet itu juga menerima kritikan pedas dari warganet.
"Sangat menjijikkan melihat Google mendukung aksi kriminal ini terhadap Palestina," tulis Salim Elewa, pengguna Twitter.
Baca Juga: Hiiy, 100 Tungau Bersarang di Bulu Mata Perempuan Ini
Yerusalem adalah salah satu tempat suci bagi tiga keyakinan: Yahudi, Islam dan Kristen.