5 Alasan India dan Cina Berlomba Mencapai Bulan

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 07 Desember 2017 | 19:06 WIB
5 Alasan India dan Cina Berlomba Mencapai Bulan
Bulan terlihat di atas pegunungan Huaytapallana, Peru. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tidak ada manusia yang pergi ke Bulan sejak 1972 dan hanya 12 orang yang pernah melakukannya — semuanya orang Amerika. Tapi daftar ini bisa menjadi jauh lebih panjang tak lama lagi.

Mengapa Bulan? Bukankah kita pernah ke sana? Ya, memang. Tapi sekarang ada alasan-alasan baru yang mendorong berbagai negara untuk mencapai Bulan.

Mengirim manusia dan misi-misi lain ke Bulan direncanakan oleh India, Cina dan Rusia, juga Jepang dan Eropa. Korea Selatan dan Korea Utara juga mengarahkan pandangan ke Bulan.

Bahkan NASA tampaknya berniat mengembalikan kedigdayaannya, belum lama ini mengumumkan sebuah visi baru untuk Deep Space Gateway yang meliputi sebuah stasiun persinggahan di Bulan menuju Mars dan lebih jauh lagi. Elon Musk juga menyebut-nyebut pangkalan di Bulan.

Perusahaan-perusahaan swasta berlomba-lomba mendapatkan sepotong kue Bulan, terpikat oleh XPRIZE multi-juta dolar Google yang menantang para kandidat untuk mengembangkan metode-metode murah bagi eksplorasi robot angkasa luar.

Semacam perlombaan angkasa luar tampaknya akan kembali berlangsung dengan lebih sengit, karena lima alasan.

Alasan 1: visi inovasi

Di masa lalu, sekarang pun masih, salah satu alasan angkasa luar menarik minat dan investasi adalah manusia tampaknya tergerak untuk mengeksplorasi dan mendorong batas, secara fisik dan naluri.

Tapi angkasa luar juga berfungsi sebagai kekuatan pemersatu, memberikan sebuah visi jelas yang mendorong maju teknologi dan inovasi.

Setelah beberapa dekade relatif terabaikan, eksplorasi angkasa luar kembali dipandang mendorong teknologi, mengilhami keterlibatan dengan sains dan teknik, dan menciptakan kebanggaan nasional. Program dalam International Astronautical Congress yang diselenggarakan di Adelaide Australia belum lama ini menangkap sentimen tersebut.

Motivator-motivator tersebut dipandang sangat penting oleh kekuatan-kekuatan ekonomi baru seperti India, Cina, dan Rusia, dan itu artinya para pemain mapan seperti Eropa dan Amerika Serikat harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan posisi.

Pengumuman mutakhir bahwa Australia akan memiliki sebuah badan antariksa diharapkan akan menciptakan peluang-peluang baru bagi negeri itu.

Alasan 2: keuntungan ekonomi dan geopolitik

Paradoksnya, eksplorasi bulan menciptakan kerja sama sekaligus persaingan internasional.

Bahkan jika tidak punya program angkasa luar sendiri, suatu negara bisa mengembangkan instrumen untuk diterbangkan pesawat angkasa luar yang dibangun dan diluncurkan negara lain. Misalnya, pesawat antariksa Chandrayaan-1 milik India membawa berbagai instrumen dari Swedia, Jerman, Inggris, Bulgaria, dan Amerika Serikat ke Bulan. Ini membantu ekonomi berjaringan dan memberikan motivasi kuat untuk menjaga perdamaian.

Persaingan ekonomi dan geopolitik terjadi karena Bulan dipandang sebagai daerah tak bertuan. Tidak ada negara yang diperbolehkan memiliki Bulan, setidak-tidaknya menurut sebuah Traktat PBB 1967 yang disetujui oleh lebih dari 100 negara.

Bagaimanapun juga, ada insentif untuk mengajukan klaim atas Bulan. Misalnya, helium-3 (sebuah isotop dari unsur helium) melimpah di Bulan, tapi langka di Bumi. Inilah bahan bakar potensial fusi nuklir, sebuah sumber energi dengan potensi tak terbatas dan tanpa polusi. Cina, khususnya, menyatakan minat besar terhadap helium-3 Bulan.

Situasinya tampak sama dengan yang terjadi dengan Antartika pada 1950-an, ketika benua itu dibagi-bagi oleh 12 negara yang memiliki program ilmiah di Antartika pada saat itu. Mengirim sebuah wahana antariksa ke Bulan — sekalipun gagal secara prematur seperti Chandrayaan-1 milik India – bisa memberikan argumen meyakinkan bagi pengakuan sekiranya Bulan dibagi-bagi menjadi zona-zona riset dan pengembangan ekonomi.

Rusia, Cina, Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat mendaratkan (atau menabrakkan) wahana antariksa di Bulan beberapa dekade sesudah Apollo.

Alasan 3: target mudah

Badan-badan ruang angkasa yang sedang berkembang membutuhkan misi yang sukses, dan Bulan adalah target yang menggoda. Komunikasi radio dalam jarak relatif pendek antara Bumi dan Bulan (384.400 kilometer) nyaris seketika (1-2 detik). Antara Bumi dan Mars, komunikasi dua arah memerlukan waktu sekitar satu jam.

Gravitasi rendah dan tidak adanya atmosfer di Bulan juga memudahkan operasi bagi pengorbit dan pendarat.

Berbagai misi Luna Rusia menunjukkan bahwa secara teknis dimungkinkan memanfaatkan robot untuk membawa sampel dari Bulan ke Bumi. Cina bermaksud meluncurkan sebuah misi robot ke Bulan dalam 1-2 tahun ke depan untuk mengumpulkan sampel. Jika berhasil, sampel itu akan menjadi yang pertama dibawa dari Bulan sejak Luna 24 pada 1976.

Alasan 4: penemuan-penemuan baru

Meski sudah beberapa dekade dilakukan berbagai observasi, setiap misi baru ke Bulan selalu menghasilkan penemuan-penemuan baru.

Pesawat luar angkasa Selene milik Jepang dan misi Chandrayaan-1 milik India menemukan distribusi baru mineral di Bulan, dan meneliti daerah-daerah sumber daya potensial.

Penemuan yang menggembirakan adalah keberadaan es air dan senyawa organik lain di bagian-bagian Bulan yang selamanya berada dalam bayang-bayang yang tidak pernah terjamah sinar matahari. Jika ada dalam kuantitas yang memadai, es air di Bulan bisa dipakai sebagai sumber daya untuk menghasilkan bahan bakar atau mendukung hunian manusia. Ini akan sangat menguntungkan bagi misi di masa depan mengingat biaya mahal mengangkut air dari Bumi ke Bulan.

Walaupun kemajuan teknik yang luar biasa diperlukan untuk memperoleh sumber daya tersebut di lingkungan yang dinginnya sampai -250℃, tantangan-tantangan semacam itu mendorong kemunculan teknologi-teknologi baru.

Alasan 5: kita belajar tentang Bumi

Di luar segi-segi praktis, eksplorasi Bulan mengungkapkan ide-ide yang sepenuhnya baru tentang asal mula tata surya.

Sebelum misi Apollo, planet-planet dianggap terbentuk dalam kurun waktu lama karena tumpukan lambat partikel-partikel debu. Batuan Bulan yang dibawa ke Bumi oleh misi Apollo mengubah gagasan itu, boleh dibilang, dalam semalam. Sekarang kita tahu bahwa tabrakan dahsyat antara planet-planet biasa terjadi, dan salah satu tabrakan semacam itu antara planet seukuran Mars dengan Bumi bisa jadi menghasilkan Bulan (animasi).

Kita juga tahu bahwa bagian-bagian gelap di permukaan Bulan adalah bekas benturan asteroid yang dilontarkan karena pergeseran di orbit Yupiter dan Saturnus.

Penelitian-penelitian tentang Bulan di masa depan pasti akan mendatangkan wawasan lebih mendalam lagi tentang Bumi, planet kediaman kita.

Eksplorasi ruang angkasa bukan hanya soal “di luar sana”. Perjalanan ke Bulan menciptakan lapangan kerja, inovasi teknis, dan penemuan-penemuan baru yang meningkatkan kehidupan kita semua “di bawah sini”.

Artikel ini sebelumnya diterbitkan dalam The Conversation.

The Conversation

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI