Suara.com - Menjelang penutup tahun 2017, India menggandeng negara-negara ASEAN bersama-sama berdiskusi dan bertukar pikiran seputar perkembangan ekosistem digital.
Ajang India-ASEAN ICT Expo 2017 ini memperlihatkan masing-masing kelebihan dan apa yang menjadi masalah dari masing-masing negara. Seperti India yang mengklaim akan menjadi broadband 'ramah' terbesar dunia.
"Bermodalkan semua yang ada, India semakin kencang mewujudkan komitmennya dalam memasuki era digital," ujar CO-Chairman TEPC, CEO & MD. Tejas Network dalam sambutannya di Jakarta, Rabu (6/12/2017).
Tidak hanya India, perwakilan dari Laos oleh Deputy Director General of Institute of Information and Communication Technology, Thiengtham Keopasith turut menyampaikan perkembangan ekosistem digital di negaranya.
Baca Juga: Telkomsel Kuatkan Ekosistem Digital Masyarakat Kota Bogor
"Perkembangan ICT dan teknologi relatif tumbuh pesat. Namun, sayang brlum didukung penuh dengan aturan, regulasi dan kondisi politik," katanya.
Tidak hanya itu, dia mengakui, tantangan ekosistem digital di Laos memiliki tantangan kecilnya ukuran pasar ICT, tingginya biaya investasi di bidang ICT. Sehingga membutuhkan jaringan Mobile bradband Network ke area-area terpencil.
Paparan kondisi teknologi juga disampaikan perwakilan dari Vietnam, oleh National Institute of Information and Communication Strategy Ministry Information and Communication of Vietnam, Assoc Prof Tran Minh Tuan
"Pendapatan di sektor ICT naik namun tidak sebanding pendapatan. Kualitas servis mobile broadband dan internet masih terkendala dengan kecepatan," ujarnya.
Meskipun begitu, dia mengungkapkan bahwa populasi anak mudanya jadi andalan Vietnam untuk mengisi tenaga ahli di bidang ICT.
Baca Juga: Telkomsel Gandeng ESQ Hadirkan Solusi Ekosistem Digital
Sayang, dalam pemaparan tersebut tidak ada perwakilan dari Indonesia yang menyampaikan peluang apa saja yang ada di Indonesia, beserta tantangannya.
Konferensi teknologi akbar di akhir tahun ini mendapat dukungan dari Departemen Perdagangan, Departemen Perhubungan, Pemerintah India, dan NASSCOM.
Pada KTT ASEAN-India ke-13 bulan November 2015, Perdana Menteri Narendra Modi telah melakukan Line of Credit sebesar 1 miliar dolar AS untuk mempromosikan proyek-proyek yang mendukung konektivitas fisik dan digital antara India dan ASEAN. Menurutnya, kedua belah pihak memiliki keterampilan saling melengkapi, pasar yang sangat besar dan kapasitas untuk mengembangkan teknologi dan produk baru untuk melayani masyarakat.
Perdagangan bilateral India-Indonesia mencapai 24,10 miliar dolar AS atau sekitar Rp326 triliun pada 2015-2016.
Ajang ini juga akan menjadi platform untuk konvergensi teknologi dan pertukaran bisnis antara kedua kawasan. Fokus dari event ini adalah IT dan telekomunikasi.