Facebook Fokus Buru Konten Radikal Terkait ISIS

Senin, 04 Desember 2017 | 19:13 WIB
Facebook Fokus Buru Konten Radikal Terkait ISIS
Ilustrasi aplikasi Facebook pada ponsel pintar. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Facebook kini menjadi rumah terbesar bagi netizen dari berbagai negara. Dari data We Are Social, Facebook memiliki pengguna bulanan aktif mencapai lebih dari dua miliar, jauh di atas platform media sosial lainnya.

Namun dengan jumlah pengguna sebanyak itu, Facebook juga memiliki tantangan yang tidak mudah. Mereka harus memberantas kelompok teror yang menggunakan platform mereka untuk menyebarkan ideologi kekerasan.

Ada beberapa cara yang mulai diterapkan Facebook untuk menanggulangi konten terorisme di platform mereka. Dari mulai menggunakan teknologi tingkat tinggi hinga bermitra dengan lembaga-lembaga terkait.

Bicara soal teknologi, Facebook menjelaskan bahwa mereka mulai menerapkan kecerdasan buatan. Teknologi tersebut memungkinkan Facebook mencari foto, video, dan teks secara otomatis. Konten teror yang ditemukan akan dihapus kurang dari sejam.

"Sekitar 99 persen konten terkait teror ISIS dan AL-Qaeda yang kami hapus dari Facebook merupakan konten yang kami temukan sebelum ada orang di komunitas yang melapor. Dalam beberapa kasus, konten terdeteksi bahkan sebelum diunggah," tulis Facebook dalam siaran persnya.

Untuk saat ini, Facebook memfokuskan diri untuk mencari konten-konten yang terkait dengan ISIS dan AL-Qaeda. Sebab, keduanya dianggap ancaman terbesar bagi dunia.

"Kami berharap dari waktu ke waktu, kami dapat bertanggung jawab secara efektif untuk memperluas sistem kami terhadap organisasi teroris lainnya," lanjut mereka.

Tak hanya berkutat di teknologi, Facebook juga mengumumkan kemitraan dengan perusahaan lainnya untuk memerangi terorisme. Musim panas lalu, mereka mengumumkan sebuah inisiatif bernama Global Internet Forum to Counter Terrorism (GIFCT) bersama dengan Microsoft, Twitter, dan YouTube.   

"Melalui GIFCT, kami juga terlibat dengan pemerintah di seluruh dunia dan secara bersama-sama sedang mempersiapkan penelitian mengenai bagaimana pemerintah, perusahaan teknologi dan masyarakat sipil dapat melawan radikalisasi secara online," tambahnya.

Terakhir, Facebook terus meningkatkan kemampuan spesialis internal, seperti ahli bahasa, akademisi, mantan petugas penegak hukum, dan mantan analis intelijen untuk membantu menemukan konten-konten radikal dan terorisme di media sosialnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI