Twitter Inkonsisten Soal Alasan Tak Hapus Video Anti-Islam Trump

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 04 Desember 2017 | 13:46 WIB
Twitter Inkonsisten Soal Alasan Tak Hapus Video Anti-Islam Trump
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. [AFP/Manden Ngan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Twitter pada pekan lalu menjadi sorotan karena tak menghapus tiga buah video anti-Islam yang di-retweet oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam akun Twitter pribadinya.

Video-video itu awalnya diunggah ke Twitter oleh Jayda Fransen, pimpinan Britain First, sebuah organisasi sayap kanan yang terkenal rasis dan anti-Islam di Inggris. Tetapi pada 28 November pekan lalu, Trump justru me-retweet video-video itu dan menyebarkannya kepada sekitar 43 juta follower-nya.

Trump sudah pasti langsung dikecam. Tak kurang dari Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengkritik Trump gara-gara aksinya itu. Twitter juga jadi sasaran, karena dinilai abai sehingga membiarkan video-video itu menyebar luas di internet.

Dihujani kritik, Twitter malah memberikan jawaban yang tak konsisten. Pada Kamis (30/11/2017), Twitter mengatakan bahwa video-video itu tak dihapus karena "mengandung kepentingan publik."

"Untuk memastikan publik memiliki kesempatan melihat sebuah isu dari berbagai sisi, maka kami kadang-kadang mengizinkan konten kontroversial (diunggah)," kata juru bicara Twitter.

Tetapi sehari kemudian, Twitter mengubah penjelasannya.

"Kami keliru mengemukakan alasan, mengapa kami tak mengambil tindakan terhadap video-video pada awal pekan ini," tulis CEO Twitter, Jack Dorsey dalam kicauannya, Jumat (1/12/2017).

Twitter, lewat akun resminya, kemudian menjelaskan bahwa video-video kontroversial yang berisi konten-konten sadistis itu, tak dihapus karena masih sesuai dengan kebijakan perusahaan.

"Video-video ini tak dihapus karena memiliki nilai berita," tulis Twitter.

Ini bukan kali pertama Twitter dikritik gara-gara ulah Trump. Pada September lalu, Twitter didesak menghapus akun Trump, setelah sang presiden melalui akunnya mengancam akan "melenyapkan Korut".

Tetapi ketika itu Twitter memutuskan untuk terus membiarkan Trump mengoceh lewat akunnya karena kicauan Trump dinilai memiliki nilai berita.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI