Psikiater: Kejiwaan Trump Kian Tak Stabil, Dunia dalam Bahaya

Liberty Jemadu Suara.Com
Sabtu, 02 Desember 2017 | 15:35 WIB
Psikiater: Kejiwaan Trump Kian Tak Stabil, Dunia dalam Bahaya
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. [AFP/Nicholas Kamm]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang psikiater dari Universitas Yale, Amerika Serikat memperingatkan bahwa kejiwaan Presiden Donald Trump semakin tidak stabil dalam beberapa hari terakhir dan hal ini bisa menempatkan AS dan bahkan dunia dalam bahaya.

Bandy Lee, dalam suratnya kepada surat kabar New York Times, juga meminta agar publik dan para anggota dewan perwakilan rakyat AS menuntut Trump diperiksa secara psikologi.

"Dia tak lagi mengenali realitas," kata Lee kepada CNBC, Jumat (1/12/2017) waktu Amerika Serikat.

Lee, yang menyunting buku berjudul "The Dangerous Case of Donald Trump: 27 Psychiatrists and Mental Healt Experts Asses a President", dalam suratnya menulis bahwa ratusan pakar kesehatan jiwa kini sangat risau akan kejiwaan Trump.

Mereka bahkan membentuk sebuah kelompok bernama National Coalition of Concerned Mental Health Experts dengan website dangerouscase.org.

"Kami semua sepakat Trump berbahaya," ujar dia.

Dalam suratnya Lee menulis bahwa pada saat ini para pakar kesehatan jiwa menyaksikan bahwa Trump semakin tak stabil dan bahkan sudah menunjukkan gejala-gejala dekompensasi, seperti kehilangan hubungan dengan realitas, semakin tak stabil, semakin tak bisa diprediksi, dan semakin tertarik pada kekerasan sebagai cara untuk mengatasi masalah kejiwaannya.

"Karakteristik ini membawa negara kita dan dunia pada risiko bahaya ekstrem," tulis Lee.

Biasanya, terang Lee, menghadapai pasien dengan gejala seperti ini para psikiater akan mengurungnya, menjauhkannya dari senjata, dan segera melakukan evaluasi kejiwaan.

"Tetapi karena Trump adalah presiden kami tak bisa melakukan tindakan ini. Tetapi mengingat besarnya kekuasaan presiden dan aksesnya terhadap jenis senjata (yang berkekuatan besar), gejala-gejala ini seharunya semakin membuat kita khawatir," tulis dia lebih lanjut.

"Kami mendesak publik dan para anggota parlemen negara ini untuk menuntut dilakukannya evaluasi terhadap presiden. Kini kami tengah menyusun panel pakar yang independen, yang mampu menjalankan semua tindakan medis standar yang diperlukan," beber Lee.

Meski demikian karena alasan etika, Lee menolak mengatakan bagaimana Trump seharusnya didiagnosa. Tetapi berdasarkan perilakunya akhir-akhir ini, jelas Lee, Trump tampaknya bereaksi negatif terhadap stres yang dipicu oleh penyelidikan atas tim kampanyenya yang diduga berhubungan erat dengan pemerintah Rusia, perang urat syaraf dengan Korea Utara, dan semakin menurunnya popularitas di publik AS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI