Cerita Bahtiyar, Eks Pegawai Twitter yang Tutup Akun Trump

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 30 November 2017 | 19:14 WIB
Cerita Bahtiyar, Eks Pegawai Twitter yang Tutup Akun Trump
Ilustrasi Donald Trump dan Twitter. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketika akun Twitter Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tiba-tiba menghilang empat pekan lalu, dunia heboh. Meski hanya raib selama 11 menit, warganet penasaran apa yang terjadi pada salah satu saluran komunikasi favorit Trump itu dan soal siapa yang berani menghapus salah satu akun paling berpengaruh di dunia tersebut.

Twitter, yang bertanggung jawab atas insiden itu, kemudian menjelaskan bahwa akun Trump hilang karena salah satu pegawainya secara tak sengaja menghapusnya. Pengakuan ini kemudian disambut ramai oleh warganet. Para pengkritik Trump mengatakan pegawai itu layak dithabiskan sebagai pahlawan.

Tetapi siapakah pahlawan itu?

CNN baru-baru ini berhasil mewawancarainya. Bahtiyar Duysak namanya dan ia adalah orang yang menghapus akun Trump di hari terakhirnya bekerja untuk Twitter.

Kepada CNN, Duysak yang bekerja sebagai tenaga kontrak pada Twitter, mengaku tak sengaja menghapus akun Trump.

"Saya membuat kesalahan, saya akui itu," kata dia, "Saya tak berniat apa-apa atau merencanakan hal itu. Saya tak melakukan tugas dengan baik dan saya tak mengecek ulang pekerjaan saya."

Duysak sendiri menolak untuk menjelaskan secara rinci bagaimana ia menutup akun Trump. Tetapi ia menegaskan bahwa dirinya tak melakukan hal yang ilegal.

Ia mengurus akun Trump setelah muncul laporan atas akun tersebut dari pengguna Twitter lain. Ia baru menyadari bahwa telah menghapus akun ber-follower 43 juta itu setelah media-media ramai memberitakannya.

"Ketika media secara spesifik menyebut bahwa orang ini (menghapus akun Trump) di hari terakhirnya bekerja, saya segera sadar bahwa saya adalah orangnya. Saya merasa sedikit gugup," jelas dia.

Duysak mengatakan ia dikontrak Twitter melalui perusahaan bernama Pro Unlimited. Ia membantah bahwa dirinya adalah pegawai nakal yang memiliki motif politik tertentu. Ia bahkan mengaku mengagumi keberhasilan Trump sebagai pebisnis.

Ia juga mengatakan bahwa hubungan kerjanya dengan Twitter putus bukan karena masalah itu, tetapi karena permintaanya sendiri. Ia tak memperpanjang visa kerjanya dan ingin pulang ke Jerman untuk bertemu keluarga, meski kontraknya dengan Twitter baru habis pada 2018 nanti.

Pemuda 28 tahun itu kini sudah kembali ke kampung halamannya di Jerman, tempatnya dibesarkan.

Dusyak sebelumnya tinggal di San Francisco selama hampir dua tahun dan aktif di komunitas Muslim setempat. Sebelum bekerja untuk Twitter, ia mengaku bekerja sebagai tenaga kontrak di YouTube. Di perusahaan layanan video online milik Google itu, ia bertugas untuk menentukan apakah sebuah konten layak mendapatkan pemasukan dari iklan atau tidak.

Dusyak sebelumnya belajar administrasi bisnis di Jerman dan keuangan internasional di Inggris sebelum pindah ke AS. Di negeri Paman Sam dia kembali menempuh bangku kuliah di California State University.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI