Pakar AI Peringatkan 'Robot Pembunuh' Akan Mulai 'Bantai' Manusia

Dythia Novianty Suara.Com
Jum'at, 24 November 2017 | 08:51 WIB
Pakar AI Peringatkan 'Robot Pembunuh' Akan Mulai 'Bantai' Manusia
Ilustrasi kecerdasan buatan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang ahli kecerdasan buatan (Artificial intelligence /AI) telah meminta beberapa negara untuk melarang apa yang disebut "robot pembunuh", sebelum peringatan para aktivis terhadap mereka menjadi kenyataan.

Kampanye untuk 'Menghentikan Robot Pembunuh' baru-baru ini dirilis dalam sebuah film pendek, di mana senjata otonom digunakan untuk melakukan pembunuhan massal dengan efisiensi yang menakutkan, sementara orang berjuang mengetahui bagaimana cara memerangi mereka.

Sebuah panel PBB membahas masalah tersebut pekan lalu dan tahun depan rencananya akan bertemu kembali.

Toby Walsh, Profesor Scientia dari AI di UNSW Sydney, mengatakan bahwa dia yakin robot pembunuh akan dilarang, namun khawatir keputusan tersebut dapat memakan waktu lama.

Baca Juga: Toyota Kenalkan Robot T-HR3, Kemampuannya Bikin Anda Kagum

"Perlombaan senjata telah terjadi [dan] sedang terjadi hari ini," katanya di PBB, dikutip Independent dari AFP.

"Ini akan menjadi senjata pemusnah massal. Saya benar-benar yakin bahwa kita akan melarang senjata ini ... Satu-satunya kekhawatiran saya adalah apakah [negara] memiliki keberanian memberlakukan hukuman sekarang atau apakah kita harus menunggu ada korban terlebih dahulu," ujar dia.

Namun, Amandeep Gill, yang memimpin pertemuan Konvensi Senjata Konvensional, telah mengecilkan ketakutan semacam itu.

"Hadirin sekalian, saya punya berita untuk Anda: robot tidak mengambil alih dunia. Manusia masih memegang kendali," katanya.

Panel tersebut telah sepakat untuk melanjutkan pembicaraan mengenai penetapan dan kemungkinan penetapan batasan senjata otonom dan menimbang potensi pembuatan kode etik.

Baca Juga: Seperti Manusia, Robot Ini Bisa Lakukan Backflip dengan Mulus

Namun, Gill mengungkapkan bahwa belum ada rencana untuk kembali mengadakan perkumpulan kembali sampai 2018 mendatang, seperti dilaporkan Times of Israel.

Menanggapi kritik tentang kecepatan kemajuannya, dia berkata, "Saya pikir kita harus berhati-hati dan tidak emosional atau mendramatisir masalah ini."

"Potensi kecerdasan buatan untuk memberi manfaat bagi kemanusiaan sangat besar, bahkan dalam pertahanan," kata Stuart Russell, seorang profesor ilmu komputer di University of Berkeley, yang tampil dalam film yang dirilis oleh Campaign to Stop Killer Robots.

"Tapi membiarkan mesin untuk memilih membunuh manusia, akan sangat merusak keamanan dan kebebasan kita," ujarnya.

Awal bulan ini, ratusan ahli AI mendesak pemerintah Kanada dan Australia untuk memperlakukan senjata otonom dengan cara yang sama seperti senjata biologis dan nuklir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI