Proyek "Mesin Sensor" Kemkominfo Dianggap Kemahalan

Jum'at, 20 Oktober 2017 | 21:57 WIB
Proyek "Mesin Sensor" Kemkominfo Dianggap Kemahalan
Ilustrasi blokir dan sensor internet (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lembaga kajian Internet Development Institute (ID Institute) berpendapat bahwa proyek mesin sensor konten negatif yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) terlalu mahal.

Perwakilan dari ID Institute, Muhammad Salahuddien mengatakan bahwa mesin sensor Kemkominfo yang menggunakan teknologi crawling, bisa ditekan harganya.

Menurutnya, harga mesin sensor Kemkominfo dapat ditekan jika mesinnya dikelola oleh pihak ketiga.

"Kalau kita menggunakan layanan pihak ketiga ya itu langganannya juga nggak mahal. Ya ordernya nggak sampai ratusan juta. Kita bisa berlangganan," terang Salahuddien di Jakarta, Jumat (20/10/2017).

"Kita hitung saja layanan penapisan yang lazim itu berapa harganya. Jadi silakan dihitung sendiri, nggak sampai ratusan juta kok tanpa harus membangun infrastruktur sendiri," imbuhnya.

Sekadar informasi, lelang mesin sensor dimenangkan oleh PT Industri Tekekomunikasi Indonesia (INTI). Adapun harga yang diajukan PT Inti adalah Rp 198 miliar dengan harga terkoreksi Rp 194 miliar.

Selain harga yang dianggap terlampau mahal, ID Institute menyoroti sistem crawling yang dianggap dapat dikelabui. Sebab, mesin tersebut bekerja berdasarkan kata kunci yang diketik.  

"Pengelola situs berkonten negatif dapat menggunakan sistem yang secara otomatis akan menghilangkan kata kunci yang dianggap negatif. Bahkan, mereka dapat memasang sebuah alat yang akan memblokir sistem crawling," tukasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI