Studi: Manusia Modern Menjadi Manusia Purba Berkat Tinder

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 19 Oktober 2017 | 17:52 WIB
Studi: Manusia Modern Menjadi Manusia Purba Berkat Tinder
Ilustrasi seorang perempuan sedang membuka aplikasi Tinder. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Teknologi telepon seluler pintar dengan jutaan aplikasi membuat hidup manusia semakin modern dan membuka banyak kemungkinan. Tetapi ada satu aplikasi yang justru membawa manusia kembali ke belakang, membangkitkan lagi tabiat purba ketika masih hidup terkungkung di dalam gua.

Tinder, nama aplikasi kencan yang harusnya tak asing di telinga Anda, dinilai sebagai aplikasi yang menghidupkan lagi insting purba dalam diri manusia, khususnya ketika mencari pasangan, demikian hasil penelitian para ilmuwan di University of Aberdeen, Skotlandia.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa kita belum benar-benar berubah setelah melewati evolusi selama ribuan tahun," kata Mirjam Brady-Van den Bos, pakar psikologi dari University of Aberdeen.

Penelitian Brady-Van den Bos menemukan bahwa di Tinder lelaki memilih perempuan yang akan dijadikan pasangan hanya berdasarkan rupa. Sebaliknya perempuan mencari lelaki yang cerdas, memiliki prospek karier lebih bagus, dan lebih stabil.

Pola ini, jelas para peneliti seperti dikutip Independent, sama persis dengan yang dilakukan oleh nenek moyang kita ribuan tahun silam ketika mereka masih berdiam di gua.

"Kami menemukan bahwa cara orang mencari pasangan potensial (di Tinder) sesuai dengan teori-teori evolusi tentang kecenderungan manusia dalam mencari pasangan hidup," jelas Brady-Van den Bos lebih lanjut.

Lebih lanjut studi itu menemukan bahwa perempuan lebih berhati-hati ketika memilih pasangan di Tinder, terutama ketika menghadapi lelaki yang hanya ingin bermain-main dan menampilkan profil palsu.

Studi ini disusun berdasarkan serangkaian survei online, yang melibatkan responden lelaki dan perempuan yang direkrut menggunakan Facebook. Para responden berusia 20-26 tahun dan bermukim di Skotlandia.

Temuan ini akan dipresentasikan Brady-Van den Bos di ajang Economic and Social Research Council’s Festival of Social Science yang berlangsung di Inggris pada November.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI