Nobel Kimia 2017 Jatuh Pada Perintis Teknologi Mikroskop Baru

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 04 Oktober 2017 | 21:08 WIB
Nobel Kimia 2017 Jatuh Pada Perintis Teknologi Mikroskop Baru
Tiga penerima Nobel Kimia 2017 (kiri-kanan): Jacques Dubochet dari Swiss, Joachim Frank Amerika Serikat dan Richard Henderson Inggris. [AFP/Jonathan Nackstrand]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tiga orang ilmuwan masing-masing dari Swiss, Amerika Serikat, dan Inggris dianugerahi Nobel Kimia 2017 pada Rabu (4/10/2017). Ketiganya berjasa mengembangkan cryo-electron microscopy, sebuah teknik yang membuat para peneliti bisa melihat molekul-molekul biologis dalam kondisi beku.

Karya Jacques Dobochet dari Swiss, Joachim Frank dari AS, dan ilmuwan Inggris, Richard Henderson itu memungkinkan para peneliti untuk mempelajari detail paling kecil dari struktur sel, virus, dan protein.

Dengan metode ini para peneliti bisa membekukan biomolekul dan menjaga agar bentuknya tak berubah atau rusak.

"Ini seperti frame dalam sebuah film. Setiap gambar mewakili satu frame dan ketika disatukan ke dalam sebuah film maka kita bisa melihat apa yang sedang dikerjakan oleh molekul-molekul itu," kata Peter Brzensinski, salah satu anggota komite Nobel Kimia seperti dikutip dari Reuters.

Pendekatan baru mereka, menurut komite Nobel, membawa era baru dalam bidang biokimia, karena teknologi mereka mampu membekukan biomolekul yang sedang beraksi sehingga para ilmuwan bisa mengungkap proses-proses kimiawi yang belum pernah diketahui sebelumnya.

Teknologi baru ini akan membawa kemajuan besar dalam pemahaman dasar kimia serta pengembangan obat-obatan baru di dunia kesehatan.

Henderson, ilmuwan kelahiran Skotlandia, mengembangkan mikroskop elektron untuk menghasilkan gambar tiga dimensi dari sebuah protein dalam resolusi atomik.

Tetapi ada kekurangan dari teknologi ini karena sinar elektron yang kuat justru menghancurkan material biologi yang diteliti.

Solusi masalah ini kemudian disajikan oleh Frank, seorang ilmuwan kelahiran Jerman tetapi berkewarganegaraan AS dan Dubochet, yang menggunakan air beku untuk mengawetkan dan menjaga bentuk biomolekul-biomolekul yang diteliti.

Manfaat dari teknologi ini terasa betul ketika merebaknya virus Zika, yang merusak otak bayi, di Brasil pada 2016 lalu.

Berkat teknologi cryo-electron microscopy para ilmuwan berhasil memperoleh gambar tiga dimensi dari virus Zika hingga ke level atomik, menemukan mengapa virus ini kebal terhadap antibiotik, dan kemudian mulai mencari obat serta vaksin pencegahnya.

"Metode ini telah merevolusi total struktur biologi sehingga semua orang kini ingin memiliki peralatan canggih ini," kata Johan Aqvist, salah satu anggota komite Nobel.

Saat ini produsen terbesar perangkat cryo-electron microscopy adalah Thermo Fisher Scientific, sebuah perusahaan kesehatan di AS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI